Kandidat oposisi Venezuela, Edmundo Gonzalez Urrutia pada Selasa (27/8) mengabaikan panggilan kedua, untuk hadir di hadapan jaksa penuntut, sebagai bagian dari penyelidikan atas klaimnya, bahwa dia adalah pemenang sah pemilihan presiden bulan lalu.
Gonzalez Urrutia, 74 tahun, yang bersembunyi tak lama setelah Presiden Nicolas Maduro dinyatakan sebagai pemenang pemilu, mengabaikan panggilan pertama untuk hadir pada Senin.
Menurut panggilan tersebut, Gonzalez Urrutia sedang diselidiki atas dugaan kejahatan seperti “perampasan jabatan” dan “pemalsuan dokumen publik”.
Koalisi oposisi, Unitary Platform, mengecam “pelecehan hukum” terhadap kandidatnya, yang menurut mereka telah memenangkan pemilu “dengan suara mayoritas”.
“Panggilan berulang kali, merupakan pelanggaran yang jelas terhadap hak atas kebebasan berekspresi,” tulis koalisi tersebut di jejaring sosial X.
Koalisi ini juga menambahkan, bahwa mereka sekarang khawatir akan ada surat perintah penangkapan terhadap Gonzalez Urrutia.
Pensiunan diplomat yang kurang dikenal itu, menjadi kandidat presiden pada menit-menit terakhir, setelah tokoh oposisi utama, Maria Corina Machado dilarang mencalonkan diri dalam pemilu 28 Juli.
Dewan Pemilihan Umum Nasional Venezuela (CNE) mendeklarasikan Presiden Nicolas Maduro sebagai pemenang pemilu dengan 52 persen
suara, tetapi menolak mempublikasikan hasil terperinci, dengan alasan peretas telah merusak data.
Pihak oposisi mempublikasikan hasil di tingkat tempat pemungutan suara (TPS) yang nampaknya menunjukkan, bahwa Gonzalez Urrutia mengalahkan Maduro dengan 67 persen suara.
Jaksa Agung Tarek William Saab mengatakan, situs web oposisi tempat mereka memposting rincian hasil pemilihan umum, telah “merampas” kekuasaan CNE yang berpihak pada Maduro.
Saab, seorang sekutu Maduro, mengatakan Gonzalez Urrutia harus menjelaskan “pembangkangannya”.
“Siapa pun yang menyerang lembaga, siapa pun yang menyerang rakyat, kita harus memikul tanggung jawabnya. Sudah cukup,” kata Diosdado Cabello, orang nomor dua di Partai Sosialis Bersatu Venezuela (PSUV) yang berkuasa.
Dia mengatakan “organ-organ sistem peradilan” harus “membuat keputusan yang diperlukan” terkait Gonzalez Urrutia.
Gonzalez Urrutia terakhir kali muncul di depan publik dalam sebuah protes dua hari setelah pemilihan.
Maduro mengatakan bahwa dia dan Machado seharusnya “berada di balik jeruji besi”.
Pengumuman terpilihnya kembali Maduro memicu protes yang menewaskan 27 orang dan hampir 200 orang terluka, sementara sekitar 2.400 orang ditangkap, menurut pihak berwenang. [ns/ka]
Forum