Tautan-tautan Akses

Kandidat Presiden Taiwan Dukung Dialog Konstruktif dengan China


Kandidat Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen (Foto: dok).
Kandidat Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen (Foto: dok).

Kandidat Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen, menekankan pentingnya mempertahankan hubungan yang damai dan stabil dengan China.

Seorang kandidat presiden Taiwan dari partai oposisi berjanji akan mengusahakan hubungan yang konsisten, dapat diprediksi dan berkelanjutan dengan China daratan apabila ia memenangkan pemilu tahun depan.

Reporter VOA Victor Beattie melaporkan, Tsai Ing-wen, yang memimpin Partai Demokrat Progresif mengatakan, partainya yang pro-kemerdekaan meyakini bahwa ada konsensus luas di Taiwan untuk mempertahankan status quo.

Berbicara di Pusat Kajian Strategis dan Internasional (CSIS) di Washington DC, Rabu (3/5), Tsai mengatakan pentingnya mempertahankan hubungan yang damai dan stabil dengan China. Jika terpilih pada bulan Januari, ia berjanji akan mewakili semua rakyat Taiwan dan mengusahakan hubungan lintas-selat yang konsisten, dapat diprediksi dan berkelanjutan dengan China daratan.

"Pelaksanaan kebijakan lintas-selat harus lebih diutamakan ketimbang pendirian sebuah partai politik dan harus menggabungkan pandangan yang berbeda. Seorang pemimpin harus memperhitungkan konsensus masyarakat ketika mengambil keputusan. Kita memiliki konsensus di Taiwan, yaitu mempertahankan status quo," kata Tsai Ing-wen.

Tsai mengatakan, jika terpilih, ia akan mendukung legislasi untuk menciptakan serangkaian peraturan yang menyeluruh untuk mengawasi pertukaran dan negosiasi lintas-selat. Ia mengatakan, kesepakatan dengan Beijing saat ini sedang dirundingkan, akan dievaluasi kembali dan kemudian dirundingkan kembali berdasarkan peraturan-peraturan baru.

Partai Kuomintang (KMT) yang berkuasa, partainya Presiden Ma Ying-jeou, selama ini mengusahakan hubungan yang lebih dekat dengan Beijing, namun Bruce Jacobs, seorang analis dari Universitas Monash, Australia, mengatakan, China daratan paling diuntungkan dengan kebijakan itu.

"Pemerintah sekarang mengatakan, Taiwan adalah bagian dari satu China. Klaim itu secara historis tidak berdasar, dan dibuat untuk menciptakan hubungan lebih erat dengan China. Kenyataannya, usaha itu tidak berhasil. Meski Taiwan telah membuat sejumlah pengorbanan tertentu, China hanya memberikan sangat sedikit keuntungan bagi pemerintah Ma. Saya kira, itu adalah salah satu alasan mengapa Ma tidak populer, dan saya kira, Tsai Ing-wen akan mendapat dukungan kuat rakyat Taiwan jika ia menolak kebijakan itu," kata Bruce Jacobs.

Jacobs mengatakan Tsai tidak pernah mendukung apa yang disebut Konsensus 1992 yang menyatakan bahwa Taiwan dan China mengakui hanya ada satu China.

Tsai juga mengatakan, sementara ia mendukung pertukaran dan dialog konstruktif dengan China, ia berjanji akan membuat proses itu demokratis dan transparan, dan memastikan manfaat ekonomi yang merata.

Pemimpin politik Taiwan itu juga mengatakan, agar negaranya menjadi mitra yang dapat dipercaya dalam keamanan regional, Taiwan harus meningkatkan kemampuan pertahanannya.

"Menghadapi ancaman militer dan keamanan yang meningkat, mengembangkan kemampuan tak tertandingi yang melibatkan hubungan militer yang lebih baik dengan kekuatan-kekuatan bersahabat, memiliki personil militer yang terlatih baik dalam struktur pasukan moderen, dan memiliki peralatan pertahanan yang dibutuhkan merupakan komponen penting strategi pertahanan yang kredibel,” imbuh Tsai.

Dalam pidatonya, Rabu, Tsai mengatakan Taiwan sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang lambat, dan itu paling mempengaruhi generasi muda. Ia berjanji akan mengusahakan otonomi ekonomi yang lebih besar dan kurang tergantung pada pasar China. Ia mengatakan, ia juga akan mengusahakan keanggotaan dalam kesepakatan perdagangan bebas Kemitraan Trans-Pasifik.

XS
SM
MD
LG