Inggris hari Senin (8/6) menerapkan karantina selama dua minggu, bagi sebagian besar pelaku perjalanan dari luar negeri untuk membatasi penyebaran virus corona. Hal ini memicu kecaman dari sektor penerbangan yang sedang terpuruk, yang mengklaim akan kehilangan puluhan ribu lapangan pekerjaan.
Penduduk Inggris dan pendatang dari luar negeri harus mematuhi aturan isolasi diri selama 14 hari atau menghadapi denda $1.250.
Para pengecam mempertanyakan mengapa Inggris, yang paling parah terimbas COVID-19 di Eropa dan telah secara bertahap mengurangi penutupan wilayah, menciptakan kerugian lebih besar pada hotel dan maskapai penerbangan dengan mengurangi perjalanan dari negara-negara dengan kasus virus yang lebih sedikit.
Maskapai British Airways dan perusahaan penerbangan murah EasyJet dan Ryanair telah melancarkan proses gugatan hukum bersama terhadap pemerintah atas apa yang mereka sebut langkah "tidak proporsional dan tidak adil".
Pimpinan Ryanair, Michael O'Leary hari Senin mengatakan kepada televisi Sky News rencana itu "tidak berguna" dan tidak bisa dilaksanakan, dan mengatakan akan "sangat merugikan ribuan lapangan pekerjaan pada sektor pariwisata Inggris".
Pimpinan eksekutif bandara Heathrow London, John Holland-Kaye, mengatakan kepada surat kabar City AM ketentuan karantina itu bisa menyebabkan hilangnya sekitar 25.000 pekerjaan di bandara, sepertiga dari jumlah seluruh karyawan di bandara itu. [my/jm]