India, salah satu negara yang satu bulan terakhir ini sedang mengalami lonjakan kasus virus corona, pekan ini sudah bisa sedikit menarik napas.
Dibandingkan pada awal Mei lalu ketika kasus baru COVID-19 di India mencapai sekitar 410 ribu kasus per hari dan yang meninggal mencapai lebih dari 4.500 orang per hari, saat ini perebakan pandemi mematikan itu menurun. Penutupan sebagian wilayah; pemberlakuan pembatasan sosial yang sangat ketat; dan upaya vaksinasi massal telah ikut membantu menurunkan perebakan pandemi mematikan ini.
“Meski ada penurunan, pemerintah India tetap menyarankan pada seluruh pemerintah negara bagian untuk melaksanakan pembatasan sosial hingga akhir Juni,” kata Pelaksana Fungsi Pensosbud di KBRI New Delhi, Hanafi, kepada VOA melalu telepon pekan lalu.
Dia menambahkan KBRI juga telah menyerukan kepada sekitar 818 warga Indonesia yang ada di India untuk mematuhi perintah itu.
Dalam data terbaru yang dirilis Kementerian Luar Negeri Indonesia melalui akun Twitternya menunjukkan dari 137 WNI yang terinfeksi COVID-19, sebanyak 124 orang telah sembuh; 10 orang berada dalam kondisi stabil; dan tiga lainnya meninggal dunia.
Di antara korban yang meninggal itu adalah Wakil Duta Besar untuk India, Ferdy Nico Yohannes Piay. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah membenarkan hal ini lewat pesan singkat pada VOA 26 Mei lalu.
Yang menarik, dalam kondisi memburuknya pandemi di India dan hingga penurunan kasus seperti sekarang ini, tidak satu WNI pun ingin dipulangkan ke Tanah Air karena situasi yang tidak aman bagi kesehatan ini.
“WNI yang menghendaki pulang adalah mereka yang kontrak kerjanya akan segera habis, atau akan liburan sekolah, atau karena memang sudah jadwal mudik mereka. Belum ada WNI yang ingin pulang khusus karena kekhawatiran dengan COVID-19,” papar Hanafi.
Ditambahkannya, pihak KBRI di New Delhi dan KJRI di Mumbai terus menjalin komunikasi dengan seluruh WNI di India, baik melalui WhatsApp grup, Zoom atau pun WhatsApp per individu untuk memantau keadaan dan memberi imbauan.
Sebagian besar dari 800an WNI yang tersebar di 18 negara bagian ini berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan anak-anak mereka, serta mahasiswa yang memang setahun terakhir ini mengikuti kuliah secara virtual. Kalau pun ada yang dikenai pembatasan sosial atau bekerja/kuliah dari rumah, mereka masih dapat membeli bahan makanan, obat-obatan atau kebutuhan lain yang diperlukan secara daring.
“Meski belum membutuhkan bantuan, kami tetap memantau situasi ini,” tambah Hanafi.
John Hopkins University mencatat hingga Minggu, 30 Mei, jumlah warga India yang tertular COVID-19 mencapai 27.894.800, termasuk 325.972 korban meninggal dunia atau yang tertinggi kedua di dunia setelah Amerika. [em/ft]