Juru bicara Kemenkes, Mohammad Syahril, mengatakan bahwa per Selasa (24/5), terdapat 16 anak yang diduga terkena hepatitis akut misterius. Angka tersebut terdiri atas satu orang probable dan 15 pending classification. Dia mengatakan kasus-kasus ini tersebar di 12 provinsi.
“Jadi kasus ini bertambah dua. Yaitu satu dari Banten dan Sulawesi Selatan. Jadi ada tambahan dua dari 14 menjadi 16 dalam klasifikasi pending,” ujarnya dalam konferensi pers di Jakarta.
Syahril mengatakan, dari 16 kasus tersebut, 11 adalah berusia 0-5 tahun, tiga orang berusia 6-10 tahun, dan dua orang berusia 11-16 tahun. Secara jenis kelamin, 11 adalah anak laki-laki dan lima lainnya adalah perempuan.
Kemenkes Tetapkan 19 RS Rujukan
Di tengah meningkatnya kasus, Kemenkes telah menunjuk 19 rumah sakit rujukan yang tersebar di 16 provinsi. Di Sumatra dan Kalimantan, Kemenkes menunjuk RSUD dr. Zainoel Abidin (Aceh), RSUP H. Adam Malik (Medan), RSUP Dr. M. Djamin (Padang), RSUD Arifin Achmad (Riau), RSUP Dr. Muhammad Hoesin (Palembang), RSUD Dr. Soedarso (Pontianak) dan RSUD Ulin (Banjarmasin).
Untuk Bali, Sulawesi, dan Nusa Tenggara, Kemenkes menunjuk RSUP Sanglah (Denpasar), RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou (Manado), RSUD Provinsi Nusa Tenggara Barat (Mataram).
Sementara untuk Pulau Jawa, Kemenkes menunjuk RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo dan RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso (Jakarta), RSUP dr. Hasan Sadikin (Bandung), RSUP dr. Kariadi (Semarang), RSUD Dr. Moewardi (Solo), RSUP Dr. Sardjito (Yogyakarta), RSUD Dr. Soetomo (Surabaya), dan RSUD Dr. Saiful Anwar (Malang).
Di samping itu, Syahril menambahkan, Kemenkes juga telah mendistribusikan reagen hepatitis E ke 10 rumah sakit dan laboratorium.
“(Sebelumnya) reagen hepatitis E ini hanya ada di PMI tertentu karena untuk pemeriksaan pasien yang akan diberikan transfusi darah. Sekarang Kemenkes sudah menyebarkan reagen ini sehingga 10 center ini itu sudah dapat melakukan pemeriksaan hepatitis E sendiri,” terangnya.
Distribusi ini dilakukan ke RSUP Adam Malik (Medan), Pusat Diagnostik dan Riset Penyakit Infeksi FK Unand (Padang), RSPI-SS, RSCM, dan Lab BKPK (Jakarta), Labkesda Jawa Barat (Bandung), RS Soetomo (Surabaya), RS Univ Udayana (Denpasar), RSUD Ulin (Banjarmasin), dan RSUP Wahidin (Makassar).
Kasus Rujukan Pertama
Dalam kesempatan terpisah, Direktur RSCM Lies Dina Liastuti, mengatakan pihaknya menerima kasus rujukan pertama pada satu hari sebelum Idulfitri.
“Kasusnya waktu itu memang datang dari Jakarta Timur. Dua anak kecil. Dengan kasus yang luar biasa karena kita kaget dengan temuan laboratorium yang tidak bagus. Mengarah pada kerusakan hati yang parah sekali sehingga kami melaporkan dan menelusuri hal ini,” terangnya dalam forum diskusi, Senin (23/5/22).
Lies mengatakan bahwa hepatitis akut bukanlah penyakit baru. Berbagai jenis hepatitis yang ada selama ini ditekan melalui program imunisasi. Namun, dia mengatakan hepatitis akut misterius ini “sangat berat, cepat, dan kerusakan di hatinya luar biasa”.
Orangtua Diminta Lebih Waspada
Hepatitis akut ini muncul ketika anak-anak kembali sekolah untuk pembelajaran tatap muka. Karenanya, orangtua perlu lebih waspada. Lies mengatakan, di samping cuci tangan dan jaga jarak, makanan anak juga perlu mendapat perhatian utama.
“Makanan harus dimasak dengan matang. Jangan sampai anak kita makan sesuatu yang kita tidak jelas pengolahannya. Jadi apa yang masuk itu harus kita kontrol betul. Kemudian kita juga ingatkan jangan makan dari temannya, jangan pakai sendok garpu temannya. Kira-kira begitu. Itu akan menimbulkan rasa lebih percaya diri bahwa kita sudah membekali mereka cara untuk tidak mudah terpapar,” terangnya.
Lies menjelaskan bahwa hepatitis akut ini punya gejala yang hampir mirip dengan penyakit lain, seperti lemas, hilangnya nafsu makan, hingga diare. Jika terdapat tanda-tanda tersebut, ujar Lies, anak perlu diperiksakan ke dokter dan lab.
Sementara itu, Plt Kepala Biro Kerjasama dan Humas Kemendikbud, Anang Ristanto, meminta sekolah tetap melaksanakan protokol kesehatan. Hal itu tercantum dalam SKB 4 Menteri mengenai pembelajaran di masa pandemi.
Anang meminta satuan pendidikan dan dinas pendidikan membangun komunikasi solid dengan orangtua, tenaga kesehatan, dan fasilitas kesehatan.
“Mengajak semua pihak untuk bergotong royong untuk memenuhi hak anak mendapatkan layanan pendidikan. Khususnya untuk mencegah terjadinya learning loss dan dampak negatif tidak optimalnya pembelajaran di masa pandemi,” ujarnya dalam kesempatan yang sama. [rt/em]