WASHINGTON —
Sebuah laporan pemerintah AS yang baru menyatakan bahwa lebih dari dua juta warga Amerika jatuh sakit setiap tahun karena infeksi-infeksi yang resisten terhadap obat, dan 23.000 diantaranya sampai sekarat. Para pejabat terkait mengatakan langkah-langkah harus diambil sekarang ini untuk mempertahankan efektivitas obat-obat antibiotik.
Ketua Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS mengatakan bahwa perkiraan dua juta kasus infeksi yang resisten terhadap obat kemungkinan lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya, dan kasusnya kemungkinan akan meningkat.
Tanpa tindakan segera untuk membalikkan tren tersebut, Tom Frieden dari lembaga yang menulis laporan tersebut memperingatkan, obat ajaib untuk melawan infeksi-infeksi tersebut tidak akan tersedia di masa yang akan datang.
"Jika kita tidak hati-hati, tidak akan ada obat yang tersedia saat kita mencari antibiotik yang menyelamatkan nyawa untuk seseorang dengan infeksi yang mematikan. Namun jika kita bertindak sekarang, kita dapat menyimpan obat-obat ini sambil terus mengembangkan obat-obatan yang baru," ujarnya.
Di antara patogen-patogen yang paling mengkhawatirkan, laporan tersebut menyebut infeksi penyakit kelamin menular gonorrhea dan C. difficile, yang menyebabkan sekitar seperempat kasus opname di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun, dan sedikitnya 14.000 kematian.
Para ahli mengatakan bahwa bakteri ketiga, yang berinisial CRE, barangkali merupakan yang paling berbahaya. Bakter ini resisten terhadap hampir semua antibiotik yang ada saat ini, dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi.
Resistensi obat berkembang melalui penggunaan yang berlebihan dan tidak sesuai dari agen-agen antibakteri. Sebab-sebabnya mungkin sebagai berikut: Dokter meresepkan obat tersebut pada pasien-pasien yang memiliki infeksi virus yang tidak terpengaruh obat yang seharusnya untuk melawan bakteri; pasien tidak mengkonsumsi obat seperti diresepkan, sehingga bakteri yang membuat mereka sakit hanya melemah tapi tidak mati; penggunaan antibiotik bagi ternak sehat untuk mencegah kesakitan dan mendorong pertumbuhan. Resideu-residu antibiotik yang tertinggal di daging dan produk hewan dapat mengarah pada resistensi obat dalam manusia.
Untuk membatasi penyebaran infeksi-infeksi yang resisten, para ahli merekomendasikan imunisasi rutin yang lebih luas, serta pencucian tangan di rumah sakit dan fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan lainnya, yang merupakan sumber infeksi berbahaya. Selain itu, laporan ini juga mendesak pembuat atau pemegang makanan untuk mencuci tangan.
Saat berbicara dengan wartawan, Michael Bell, deputi direktur untuk divisi promosi kualitas perawatan kesehatan di CDC, mengatakan pasien-pasien juga dapat memainkan peranan dalam mempertahankan efektivitas antibiotik dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan sederhana pada penyedia layanan kesehatan.
"Apa yang Anda lakukan untuk menjamin ibu saya tidak mengalami infeksi yang resisten terhadap antibiotik? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat meningkatkan kewaspadaan dan membuka dialog yang dapat sangat membantu," ujar Bell.
Ketua Pusat Pengawasan dan Pencegahan Penyakit (CDC) di AS mengatakan bahwa perkiraan dua juta kasus infeksi yang resisten terhadap obat kemungkinan lebih rendah dari jumlah yang sebenarnya, dan kasusnya kemungkinan akan meningkat.
Tanpa tindakan segera untuk membalikkan tren tersebut, Tom Frieden dari lembaga yang menulis laporan tersebut memperingatkan, obat ajaib untuk melawan infeksi-infeksi tersebut tidak akan tersedia di masa yang akan datang.
"Jika kita tidak hati-hati, tidak akan ada obat yang tersedia saat kita mencari antibiotik yang menyelamatkan nyawa untuk seseorang dengan infeksi yang mematikan. Namun jika kita bertindak sekarang, kita dapat menyimpan obat-obat ini sambil terus mengembangkan obat-obatan yang baru," ujarnya.
Di antara patogen-patogen yang paling mengkhawatirkan, laporan tersebut menyebut infeksi penyakit kelamin menular gonorrhea dan C. difficile, yang menyebabkan sekitar seperempat kasus opname di rumah sakit di Amerika Serikat setiap tahun, dan sedikitnya 14.000 kematian.
Para ahli mengatakan bahwa bakteri ketiga, yang berinisial CRE, barangkali merupakan yang paling berbahaya. Bakter ini resisten terhadap hampir semua antibiotik yang ada saat ini, dan memiliki tingkat kematian yang sangat tinggi.
Resistensi obat berkembang melalui penggunaan yang berlebihan dan tidak sesuai dari agen-agen antibakteri. Sebab-sebabnya mungkin sebagai berikut: Dokter meresepkan obat tersebut pada pasien-pasien yang memiliki infeksi virus yang tidak terpengaruh obat yang seharusnya untuk melawan bakteri; pasien tidak mengkonsumsi obat seperti diresepkan, sehingga bakteri yang membuat mereka sakit hanya melemah tapi tidak mati; penggunaan antibiotik bagi ternak sehat untuk mencegah kesakitan dan mendorong pertumbuhan. Resideu-residu antibiotik yang tertinggal di daging dan produk hewan dapat mengarah pada resistensi obat dalam manusia.
Untuk membatasi penyebaran infeksi-infeksi yang resisten, para ahli merekomendasikan imunisasi rutin yang lebih luas, serta pencucian tangan di rumah sakit dan fasilitas-fasilitas perawatan kesehatan lainnya, yang merupakan sumber infeksi berbahaya. Selain itu, laporan ini juga mendesak pembuat atau pemegang makanan untuk mencuci tangan.
Saat berbicara dengan wartawan, Michael Bell, deputi direktur untuk divisi promosi kualitas perawatan kesehatan di CDC, mengatakan pasien-pasien juga dapat memainkan peranan dalam mempertahankan efektivitas antibiotik dengan menanyakan pertanyaan-pertanyaan sederhana pada penyedia layanan kesehatan.
"Apa yang Anda lakukan untuk menjamin ibu saya tidak mengalami infeksi yang resisten terhadap antibiotik? Pertanyaan-pertanyaan seperti itu dapat meningkatkan kewaspadaan dan membuka dialog yang dapat sangat membantu," ujar Bell.