Tautan-tautan Akses

Kawasan Mirip Planet Mars di Utah


Csilla Orgel, seorang geologis, mengumpulkan sampel geologis untuk diteliti di Mars Desert Research Center di Hanksville, di padang pasir Utah, 2 Maret 2013. (Foto:Dok)
Csilla Orgel, seorang geologis, mengumpulkan sampel geologis untuk diteliti di Mars Desert Research Center di Hanksville, di padang pasir Utah, 2 Maret 2013. (Foto:Dok)

Bagi yang berminat untuk berada di Planet Mars, tanpa harus terbang ke sana, kini ada empat lokasi di bumi yang sangat mirip dengan keadaan di Planet merah itu. Keempat lokasi itu terdapat di Amerika, Australia, Islandia dan kawasan Kutub Utara.

Kawasan yang terdapat di negara bagian Utah ini seringkali digambarkan mirip dengan keadaan di Planet Mars, dimana terdapat banyak bukit yang disela lembah-lembah yang berkelok-kelok, sungai-sungai yang kering, langit cerah, dan iklim yang panas tapi kering.

Tempat itu terletak empat jam berkendaraan mobil dari kota Salt Lake City, dimana para pakar telah membangun sebuah stasiun riset. Terdapat enam bangunan, sebuah rumah tempat tinggal, laboratorium, rumah kaca, dua observatorium dan banyak panel sinar surya, yang keseluruhannya meniru keadaan dan lingkungan alam yang terdapat di planet Mars.

“Kami punya dua macam pakaian antariksa, yang disebut simulator. Dengan mengenakan pakaian ini kita akan merasa seolah-olah berada di Mars. Kami mengenakan pakaian ini untuk tugas sehari-hari. Kemudian ada pakaian antariksa untuk digunakan diluar, untuk menjelajah permukaan Planet Mars,” kata Dr. Shannon Rupert, kepala proyek penelitian ini.

Observatorium Musk di Mars Desert Research Center, padang pasir Utah, 2 Maret 2013. (Foto:Dok)
Observatorium Musk di Mars Desert Research Center, padang pasir Utah, 2 Maret 2013. (Foto:Dok)

Anastasia Stepanova, warga Russia pernah ikut dalam program ini. Dia terpilih dari 200 calon untuk mengisi enam lowongan di proyek Utah itu. Ia bertanggung-jawab untuk keselamatan dan kesehatan anggota timnya dan melakukan riset psikologis untuk Akademi Ilmiah Russia.

“Kami mengadakan sejumlah studi geologi dan mikrobiologi. Kami mengenakan pakaian antariksa seberat 14 kg selama dua sampai empat jam sehari. Kawan-kawan yang lain menyiapkan makanan, mencuci piring dan kemudian menulis laporan.”

Sebuah terowongan menghubungkan keenam bangunan di proyek itu. Sayur-sayuran ditanam di rumah kaca, termasuk tanaman yang bernama moringa, sejenis tanaman yang paling bergizi di bumi dan bisa tumbuh dalam kondisi lingkungan yang ekstrim.

Tapi bagian paling penting dalam proyek itu adalah manusia yang bertugas disana, kata dr Shannon Rupert.

“Kami tidak bisa mendatangkan semua orang yang dibutuhkan. Karena itu kami harus bisa memilih orang-orang yang akan ikut proyek ini. Mereka harus bisa melakukan berbagai tugas berbeda, supaya mereka nantinya bisa mengirim laporan yang diperlukan kepada tim yang ada di bumi,” kata Dr. Rupert

Kata dr Rupert, program ini diadakan bukan hanya untuk orang-orang yang ingin pergi ke Planet Mars, tapi juga bagi orang-orang yang ingin memperluas cakrawala mereka. [ii]

XS
SM
MD
LG