Di luar sebuah tempat ibadah Syiah di Kabul, para petugas penjaga yang kebanyakan dari warga minoritas Syiah Hazara Afghanistan berpatroli sementara jemaah berdiri bersaf-saf menjalankan salat mingguan mereka.
Ini merupakan pertanda hubungan baru yang tidak lazim seiring dengan pengambilalihan pemerintah Afghanistan oleh Taliban.
Gholam Sakai Shakul, penjaga masjid Abul Fazl yang berlokasi di kawasan yang didominasi warga Hazara di ibu kota Afghanistan, Kabul, mengatakan, "Hingga sekarang ini Masjid Abul Fazl memiliki hubungan yang baik dengan Taliban. Mereka mendukung kami setiap kali kami memerlukan mereka dengan pasukan khusus.”
Taliban, kelompok Sunni garis keras yang selama puluhan tahun menganggap para anggota komunitas Hazara sebagai pembangkang, kini menjadi satu-satunya pelindung dari musuh yang lebih brutal - kelompok ISIS - di kawasan permukiman yang mayoritas warganya Hazara itu.
Namun beberapa warga Hazara masih sangat tidak mempercayai Taliban dan mereka juga percaya bahwa Taliban tidak akan pernah menerima mereka sebagai warga yang setara di Afghanistan.
Karena itu, mereka meminta izin untuk menjaga masjid-masjid dan tempat-tempat ibadah mereka sendiri.
Gholam Sakai Shaqul mengatakan para jemaah merasa lebih nyaman dengan keberadaan warga Hazara yang berpatroli di tempat-tempat keagamaan mereka.
"Ini untuk membuat orang-orang merasa lebih nyaman, kami memiliki orang-orang kami sendiri dan mereka bekerja sama dengan Taliban," katanya.
Beberapa pengunjung masjid menyatakan tentang kenyamanan mereka beribadah di sana.
"Kami, keamanan oleh orang-orang masjid ini sendiri, lebih baik daripada (keamanan oleh) Taliban," kata salah seorang di antaranya, Sayed Mohammed.
Ketika ditanya mengapa ia berpendapat demikian, Sayed menambahkan, "Sewaktu kami datang ke masjid, kami tahu tidak akan ada masalah. Sewaktu Taliban datang, mungkin mereka akan menanyakan sesuatu. Mungkin juga mereka akan mengatakan ‘Anda mau ke mana?’”
Pada mulanya, Taliban menyita senjata yang digunakan warga Hazara. Pemerintah sebelum Taliban mengizinkan senjata itu digunakan untuk menjaga beberapa masjid Hazara di Kabul.
Tetapi setelah pengeboman yang menghancurkan masjid-masjid Syiah di provinsi Kandahar dan Kunduz pada Oktober lalu, banyak di antara mereka yang mengembalikan senjata itu.
Sebagian Taliban ingin menampilkan diri sebagai sosok yang lebih moderat dibandingkan dengan pada masa pemerintahan pertama mereka di Afghanistan pada akhir 1990-an. Ketika itu, mereka dengan keras menindas Hazara dan kelompok-kelompok etnik lainnya.
Dalam upaya mendapatkan pengakuan internasional, Taliban telah berjanji akan melindungi Hazara, untuk menunjukkan bahwa mereka menerima kelompok minoritas di Afghanistan ini. [uh/ab]