Di Amerika setiap tahun diperkirakan 17.000 penderita penyakit ginjal tahap akhir dapat menerima organ cangkok untuk menyelamatkan jiwa mereka. Tetapi, ini hanya sebagian kecil dari jumlah pasien dalam daftar tunggu untuk pencangkokan ginjal. Sekitar 90 persen dari mereka harus menjalani dialisis atau cuci darah, dan banyak yang meninggal selagi menunggu pencangkokan.
Karena itu, kemajuan yang dicapai peneliti Harald Ott dan rekan-rekannya di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston sangat menggembirakan, kata Stephen Badylak, perintis di bidang regenerasi organ di Universitas Pittsburgh di Pennsylvania.
“Jadi, ini berpotensi untuk mengatasi masalah kekurangan donor. Jika berhasil, ini bahkan lebih baik lagi. Para pasien yang menerima jenis organ yang telah direkayasa ini tidak perlu menerima immunosuppressant (zat penekan respon kekebalan tubuh). Menurut saya semua orang yang sekarang menjalani dialisis akan menyambut penelitian ini” paparnya.
Penelitian Dokter Badylak sendiri dalam bidang kedokteran regeneratif melibatkan pengembangan hati untuk ditransplantasi.
Tim Dokter Ott menggunakan bahan pembersih untuk membersihkan ginjal tikus dari seluruh jaringan hidup, meninggalkan kerangka protein yang mempertahankan struktur pembuluh darah dan bagian-bagian lain organ tersebut.
Para ilmuwan kemudian menanami kerangka tersebut dengan sel-sel manusia untuk pelapis pembuluh darah dan sel-sel ginjal dari tikus-tikus baru lahir. Organ tubuh dengan susunan baru itu kemudian ditempatkan di sebuah ruang inkubasi selama lima hari sambil menunggu jaringan organ baru itu tumbuh. Hasilnya, ginjal tikus yang mampu berfungsi.
Meskipun ginjal tikus yang diregenerasi dalam kajian Ott dapat menghasilkan air seni, organ ini tidak berfungsi sebaik organ aslinya. Jika memungkinkan, ujar Badylak, organ tubuh pasien-pasien yang tidak berfungsi dan memerlukan transplantasi dapat diregenerasi dengan cara yang sama.
Curt Civin, Kepala Pusat Kedokteran Regeneratif dan Biologi Sel Induk di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di Baltimore, mengatakan sel-sel induk hematopoietik, atau sel-sel induk pembentuk darah dari sumsum tulang belakang, telah dipelajari jauh lebih lama dibandingkan dengan kajian terhadap jaringan lainnya. Ia menambahkan, sel-sel induk darah dari sumsum tulang belakang merupakan dasar kedokteran regeneratif karena mereka menghidupkan penopang organ dengan membuatnya berfungsi.
Tetapi. Civin yakin bahwa karena peliknya hal ini, maka akan perlu waktu sebelum seluruh organ yang telah direkayasa, seperti ginjal, siap dicangkokkan pada manusia.
“Jadi menurut saya dalam satu atau dua dekade kita mungkin akan berhasil, akan banyak tikus dan hewan-hewan lain dengan ginjal cangkokan yang dibuat dari sel-sel induk, mungkin dengan teknik yang mirip seperti ini, dan kemudian kita mulai mengkajinya pada manusia,” paparnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) yang berwenang mengatur obat-obat baru, peralatan dan prosedur medis, tidak berkomentar. Badan tersebut memiliki pedoman ketat yang menuntut data dari uji klinis sebelum memutuskan apakah akan menyetujui suatu prosedur. Selain itu, ini adalah proses yang perlu waktu bertahun-tahun.
Karena itu, kemajuan yang dicapai peneliti Harald Ott dan rekan-rekannya di Rumah Sakit Umum Massachusetts di Boston sangat menggembirakan, kata Stephen Badylak, perintis di bidang regenerasi organ di Universitas Pittsburgh di Pennsylvania.
“Jadi, ini berpotensi untuk mengatasi masalah kekurangan donor. Jika berhasil, ini bahkan lebih baik lagi. Para pasien yang menerima jenis organ yang telah direkayasa ini tidak perlu menerima immunosuppressant (zat penekan respon kekebalan tubuh). Menurut saya semua orang yang sekarang menjalani dialisis akan menyambut penelitian ini” paparnya.
Penelitian Dokter Badylak sendiri dalam bidang kedokteran regeneratif melibatkan pengembangan hati untuk ditransplantasi.
Tim Dokter Ott menggunakan bahan pembersih untuk membersihkan ginjal tikus dari seluruh jaringan hidup, meninggalkan kerangka protein yang mempertahankan struktur pembuluh darah dan bagian-bagian lain organ tersebut.
Para ilmuwan kemudian menanami kerangka tersebut dengan sel-sel manusia untuk pelapis pembuluh darah dan sel-sel ginjal dari tikus-tikus baru lahir. Organ tubuh dengan susunan baru itu kemudian ditempatkan di sebuah ruang inkubasi selama lima hari sambil menunggu jaringan organ baru itu tumbuh. Hasilnya, ginjal tikus yang mampu berfungsi.
Meskipun ginjal tikus yang diregenerasi dalam kajian Ott dapat menghasilkan air seni, organ ini tidak berfungsi sebaik organ aslinya. Jika memungkinkan, ujar Badylak, organ tubuh pasien-pasien yang tidak berfungsi dan memerlukan transplantasi dapat diregenerasi dengan cara yang sama.
Curt Civin, Kepala Pusat Kedokteran Regeneratif dan Biologi Sel Induk di Fakultas Kedokteran Universitas Maryland di Baltimore, mengatakan sel-sel induk hematopoietik, atau sel-sel induk pembentuk darah dari sumsum tulang belakang, telah dipelajari jauh lebih lama dibandingkan dengan kajian terhadap jaringan lainnya. Ia menambahkan, sel-sel induk darah dari sumsum tulang belakang merupakan dasar kedokteran regeneratif karena mereka menghidupkan penopang organ dengan membuatnya berfungsi.
Tetapi. Civin yakin bahwa karena peliknya hal ini, maka akan perlu waktu sebelum seluruh organ yang telah direkayasa, seperti ginjal, siap dicangkokkan pada manusia.
“Jadi menurut saya dalam satu atau dua dekade kita mungkin akan berhasil, akan banyak tikus dan hewan-hewan lain dengan ginjal cangkokan yang dibuat dari sel-sel induk, mungkin dengan teknik yang mirip seperti ini, dan kemudian kita mulai mengkajinya pada manusia,” paparnya.
Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) yang berwenang mengatur obat-obat baru, peralatan dan prosedur medis, tidak berkomentar. Badan tersebut memiliki pedoman ketat yang menuntut data dari uji klinis sebelum memutuskan apakah akan menyetujui suatu prosedur. Selain itu, ini adalah proses yang perlu waktu bertahun-tahun.