Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) menyatakan penyakit tekanan darah tinggi dialami satu miliar orang di seluruh dunia. Ini menyebabkan banyak kematian atau kecacatan tetap. Hipertensi juga disebut sebagai pembunuh diam-diam karena gejala nyatanya sedikit sekali. Untungnya, hipertensi kerap dapat dicegah.
Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa mengurangi asupan garam atau sodium dapat menurunkan risiko stroke dan penyakit-penyakit terkait.
Profesor Graham MacGregor dan sejawat-sejawatnya telah meninjau kembali penelitian terdahulu mengenai asupan garam dan juga melakukan penelitian sendiri.
Guru besar kesehatan kardiovaskuler di Barts and London School of Medicine and Dentistry ini mengatakan, tubuh kita memerlukan garam kurang dari setengah gram per hari. Namun orang-orang di negara-negara maju mengonsumsinya sekitar delapan hingga 10 gram per hari.
“Jadi, kita makan garam sekitar 20 kali lipat daripada yang diperlukan. Tetapi, tidak ada mamalia yang biasanya menambahkan garam pada makanan mereka. Hanya kitalah mamalia yang melakukannya. Kita telah melakukannya selama sekitar 5.000 tahun, karena garam punya khasiat mengawetkan makanan dan sangat penting bagi perkembangan peradaban. Tetapi tanpa temuan itu, kita tidak akan mengonsumsi garam,” papar Profesor MacGregor.
Sebagian besar bahan makanan olahan mengandung garam berkadar tinggi. Ditambah lagi dengan kandungan gula yang tinggi, ini menjadi apa yang disebut makanan sampah yang lezat, tetapi tidak bergizi.
MacGregor mengatakan mengurangi garam dapat menurunkan hipertensi, tetapi ia mengatakan ada lebih banyak lagi yang dapat dilakukan, di antaranya, meningkatkan asupan potasium. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa asupan potasium yang lebih tinggi dapat dikaitkan dengan 24 persen pengurangan risiko stroke pada orang dewasa dan mungkin memiliki dampak positif pada tekanan darah anak-anak.
Profesor MacGregor menambahkan, “Potasium ada dalam buah dan sayur, juga pada daging dan ikan yang belum diolah. Kemungkinan pada masa evolusi, kita makan dua atau tiga kali lipat potasium yang kita konsumsi sekarang. Industri pangan, pada waktu mengolah makanan, membuang potassium dan menambahkan garam, ini tentu hal terburuk yang mereka lakukan.”
Potasium, ujarnya, penting bagi fungsi syaraf dan kontrol otot. Kita direkomendasikan untuk mendapatkan potasium melalui makanan dan bukan dari suplemen. MacGregor mengatakan dengan mengurangi garam secara bertahap, semakin kecil kemungkinannya orang memperhatikan perbedaan rasanya.
Para pejabat kesehatan mengangkat kekhawatiran mengenai negara-negara berkembang yang ekonominya mulai marak. Negara-negara itu mengadopsi diet orang Barat, dengan makanan yang mengandung garam, gurih, gula dan lemak. Para pejabat memperkirakan kenaikan tajam penyakit kardiovaskuler, serta penyakit-penyakit terkait obesitas.
Banyak penelitian yang mengindikasikan bahwa mengurangi asupan garam atau sodium dapat menurunkan risiko stroke dan penyakit-penyakit terkait.
Profesor Graham MacGregor dan sejawat-sejawatnya telah meninjau kembali penelitian terdahulu mengenai asupan garam dan juga melakukan penelitian sendiri.
Guru besar kesehatan kardiovaskuler di Barts and London School of Medicine and Dentistry ini mengatakan, tubuh kita memerlukan garam kurang dari setengah gram per hari. Namun orang-orang di negara-negara maju mengonsumsinya sekitar delapan hingga 10 gram per hari.
“Jadi, kita makan garam sekitar 20 kali lipat daripada yang diperlukan. Tetapi, tidak ada mamalia yang biasanya menambahkan garam pada makanan mereka. Hanya kitalah mamalia yang melakukannya. Kita telah melakukannya selama sekitar 5.000 tahun, karena garam punya khasiat mengawetkan makanan dan sangat penting bagi perkembangan peradaban. Tetapi tanpa temuan itu, kita tidak akan mengonsumsi garam,” papar Profesor MacGregor.
Sebagian besar bahan makanan olahan mengandung garam berkadar tinggi. Ditambah lagi dengan kandungan gula yang tinggi, ini menjadi apa yang disebut makanan sampah yang lezat, tetapi tidak bergizi.
MacGregor mengatakan mengurangi garam dapat menurunkan hipertensi, tetapi ia mengatakan ada lebih banyak lagi yang dapat dilakukan, di antaranya, meningkatkan asupan potasium. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa asupan potasium yang lebih tinggi dapat dikaitkan dengan 24 persen pengurangan risiko stroke pada orang dewasa dan mungkin memiliki dampak positif pada tekanan darah anak-anak.
Profesor MacGregor menambahkan, “Potasium ada dalam buah dan sayur, juga pada daging dan ikan yang belum diolah. Kemungkinan pada masa evolusi, kita makan dua atau tiga kali lipat potasium yang kita konsumsi sekarang. Industri pangan, pada waktu mengolah makanan, membuang potassium dan menambahkan garam, ini tentu hal terburuk yang mereka lakukan.”
Potasium, ujarnya, penting bagi fungsi syaraf dan kontrol otot. Kita direkomendasikan untuk mendapatkan potasium melalui makanan dan bukan dari suplemen. MacGregor mengatakan dengan mengurangi garam secara bertahap, semakin kecil kemungkinannya orang memperhatikan perbedaan rasanya.
Para pejabat kesehatan mengangkat kekhawatiran mengenai negara-negara berkembang yang ekonominya mulai marak. Negara-negara itu mengadopsi diet orang Barat, dengan makanan yang mengandung garam, gurih, gula dan lemak. Para pejabat memperkirakan kenaikan tajam penyakit kardiovaskuler, serta penyakit-penyakit terkait obesitas.