Di Yerusalem Timur, Mohammed Abu Ghadan mengelola tempat parkir yang dimiliki keluarganya selama 70 tahun. Ia menantikan lawatan Presiden Amerika Barack Obama. Tetapi seperti banyak orang di sana, ia mengatakan tidak berharap akan adanya terobosan dalam perundingan perdamaian yang macet.
“Dalam pandangan saya, ini hanya membuang-buang waktu. Lawatan ini tidak memberi manfaat pada warga Palestina. Lawatani ini hanya memberi manfaat pada warga Yahudi,” ujarnya.
Presiden Obama akan bertemu dengan para pemimpin politik di Israel dan Tepi Barat. Tetapi fotografer Mahfouz Abu Turk mengatakan Palestina yakin pemerintah Amerika lebih berpihak pada Israel sehingga tidak lagi bisa menjadi penengah.
“Saya rasa lawatan Presiden Obama tidak memberi manfaat apapun bagi warga Palestina karena hingga sekarang ia telah menunjukkan bahwa ia tidak memiliki itikad politik untuk melakukan perubahan dramatis di kawasan ini. Kami tidak menjadi agenda Presiden Obama – setidaknya untuk saat ini,” ujarnya.
Warga Palestina mempertanyakan apakah solusi dua negara yang digagas Amerika – dimana negara Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai – masih mungkin tercapai.
“Presiden Obama… jika Ada dapat menjawab pertanyaan ini, maka Anda jauh lebih dibutuhkan di sini. Tentu saja pengaruh Anda sangat penting dan tentunya diperlukan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan itu. Tapi jika Anda tidak dapat menjawab pertanyaan ini, maka kita harus cukup kreatif untuk berpikir sebaliknya,” Mahdi Abdul Hadi, kepala sebuah tim riset Palestina di Yerusalem Timur mengatakan.
Satu kilometer dari pemukiman warga Yahudi di Yerusalem Barat, warga Israel menunjukkan keputusasaan yang sama.
“Saya kira tidak akan ada perubahan besar karena kawasan ini begitu rumit dan memiliki begitu banyak masalah yang bisa diubah,” ujar seorang ibu rumah tangga bernama Jacqueline Dewek.
Ketegangan atas program nuklir Iran, pergolakan politik di negara-negara Arab dan perang saudara di Suriah juga akan mewarnai lawatan ini, ujar analis Israel, Danny Rubinstein. Tetapi pusat perhatian Obama selama tiga hari pada wilayah Israel dan Palestina menunjukkan ia ingin terlibat dalam proses perdamaian ini, ujarnya.
“Harapan saya ia akan berbicara dengan kami dan warga Palestina tentang bagaimana memperbarui proses perdamaian dan tidak sekedar memperbaruinya. Kami tidak butuh proses perdamaian yang sekedar proses. Kami butuh solusi masalah,” tambahnya.
Daniel Madmon, yang baru saja menyelesaikan tugas wajib militer di Israel, sepakat dengan Rubinstein.
“Saya kira Obama akan mendapati bahwa Israel jauh lebih siap untuk mencapai perdamaian dibanding yang diperkirakannya,” ujarnya.
Pesannya pada presiden Amerika itu adalah, bawalah perdamaian.
“Dalam pandangan saya, ini hanya membuang-buang waktu. Lawatan ini tidak memberi manfaat pada warga Palestina. Lawatani ini hanya memberi manfaat pada warga Yahudi,” ujarnya.
Presiden Obama akan bertemu dengan para pemimpin politik di Israel dan Tepi Barat. Tetapi fotografer Mahfouz Abu Turk mengatakan Palestina yakin pemerintah Amerika lebih berpihak pada Israel sehingga tidak lagi bisa menjadi penengah.
“Saya rasa lawatan Presiden Obama tidak memberi manfaat apapun bagi warga Palestina karena hingga sekarang ia telah menunjukkan bahwa ia tidak memiliki itikad politik untuk melakukan perubahan dramatis di kawasan ini. Kami tidak menjadi agenda Presiden Obama – setidaknya untuk saat ini,” ujarnya.
Warga Palestina mempertanyakan apakah solusi dua negara yang digagas Amerika – dimana negara Palestina dan Israel hidup berdampingan secara damai – masih mungkin tercapai.
“Presiden Obama… jika Ada dapat menjawab pertanyaan ini, maka Anda jauh lebih dibutuhkan di sini. Tentu saja pengaruh Anda sangat penting dan tentunya diperlukan langkah-langkah praktis untuk mencapai tujuan itu. Tapi jika Anda tidak dapat menjawab pertanyaan ini, maka kita harus cukup kreatif untuk berpikir sebaliknya,” Mahdi Abdul Hadi, kepala sebuah tim riset Palestina di Yerusalem Timur mengatakan.
Satu kilometer dari pemukiman warga Yahudi di Yerusalem Barat, warga Israel menunjukkan keputusasaan yang sama.
“Saya kira tidak akan ada perubahan besar karena kawasan ini begitu rumit dan memiliki begitu banyak masalah yang bisa diubah,” ujar seorang ibu rumah tangga bernama Jacqueline Dewek.
Ketegangan atas program nuklir Iran, pergolakan politik di negara-negara Arab dan perang saudara di Suriah juga akan mewarnai lawatan ini, ujar analis Israel, Danny Rubinstein. Tetapi pusat perhatian Obama selama tiga hari pada wilayah Israel dan Palestina menunjukkan ia ingin terlibat dalam proses perdamaian ini, ujarnya.
“Harapan saya ia akan berbicara dengan kami dan warga Palestina tentang bagaimana memperbarui proses perdamaian dan tidak sekedar memperbaruinya. Kami tidak butuh proses perdamaian yang sekedar proses. Kami butuh solusi masalah,” tambahnya.
Daniel Madmon, yang baru saja menyelesaikan tugas wajib militer di Israel, sepakat dengan Rubinstein.
“Saya kira Obama akan mendapati bahwa Israel jauh lebih siap untuk mencapai perdamaian dibanding yang diperkirakannya,” ujarnya.
Pesannya pada presiden Amerika itu adalah, bawalah perdamaian.