Seiring dengan pencalonan Kamala Harris dari Partai Demokrat yang akan berhadapan dengan Donald Trump dari Partai Republik Donald Trump untuk merebut kursi kepresidenan AS, posisi Harris mengenai dukungan militer untuk Israel dan Ukraina; kebangkitan China; dan krisis migran di perbatasan selatan kini berada di bawah pengawasan yang lebih ketat.
(VOA) Seperti dilaporkan oleh Kepala Biro VOA di Gedung Putih VOA Patsy Widakuswara, kebijakan pemerintahan Biden akan terus berlanjut dengan beberapa perubahan penekanan.
Ribuan migran dari Amerika Tengah melintasi Meksiko setiap tahun, menuju perbatasan AS. Berkoordinasi dengan kawasan tersebut untuk mengatasi akar penyebab migrasi adalah tugas yang diberikan kepada Wakil Presiden Kamala Harris, yang membuatnya rentan terhadap serangan dari pesaingnya pada bulan November, mantan Presiden Donald Trump.
“Dia seorang yang payah, wakil presiden yang gagal dari pemerintahan yang gagal dengan jutaan orang yang menyeberang (perbatasan), dan dia adalah border czar,” ujar Trump.
Harris bukanlah “border czar” atau penguasa tertinggi perbatasan dari pemerintahan Biden. Namun, terkait imigrasi, ia menyampaikan pesan yang keras dalam kampanye, dengan menonjolkan pengalamannya sebagai jaksa agung di negara bagian California.
“Saya mengejar geng-geng transnasional, kartel narkoba, dan pedagang manusia yang masuk ke negara kita secara ilegal. Saya mendakwa mereka dalam kasus demi kasus dan saya menang. Sebaliknya, Donald Trump, telah berbicara besar tentang pengamanan perbatasan kita, tetapi ia tidak melakukan apa yang diucapkannya, ” ejek Harris.
Jika terpilih, Harris mengatakan ia akan mengusulkan kembali RUU perbatasan Presiden Joe Biden yang ditolak oleh Partai Republik yang pro-Trump di Kongres.
Ia akan melanjutkan upayanya untuk membantu Ukraina sambil mencegah perang langsung dengan Rusia, dan berupaya menjaga persatuan di antara sekutu-sekutu NATO. Harris juga mengharapkan keberlanjutan di Indo-Pasifik.
“Amerika Serikat mendukung Filipina dalam menghadapi intimidasi dan pemerasan di Laut Cina Selatan.”
Terkait perdagangan dengan China, Robert Daly, direktur Institut Kissinger di Wilson Center menyampaikan pendapatnya mengenai Harris.
Dia berbicara dengan VOA melalui tautan Skype, “Seperti yang telah dikatakannya, dia akan terus berusaha untuk mengurangi risiko dari China. Kita tahu bahwa ketika dia mencalonkan diri sebagai presiden pada tahun 2020, dia cukup anti tarif.
Seperti Presiden Biden, dia tampaknya telah berubah pikiran tentang hal itu. Jadi, lebih banyak kesinambungan daripada sebaliknya.”
Terkait Gaza, Harris berpihak pada Biden, yang mengupayakan gencatan senjata dan mencegah perang regional.
Namun, dengan sebagian besar pemilih Demokrat yang marah atas dukungan kuat Biden terhadap Israel, Harris tampaknya jauh lebih bersimpati terhadap para korban di pihak Palestina.
“Kita tidak boleh membiarkan diri kita mati rasa terhadap penderitaan, dan saya tidak akan tinggal diam,” tandasnya.
Harris telah menganut doktrin Biden untuk memimpin dengan mengandalkan sekutu dan mitra, dan telah memusatkan perhatian pada ancaman keamanan non-tradisional, menjadi ketua Dewan Antariksa Nasional, dan mempromosikan kebijakan pemerintahan Biden pada kecerdasan buatan dan iklim.
Linda Robinson, peneliti senior untuk Perempuan dan Kebijakan Luar Negeri di Council on Foreign Relations, berbicara dengan VOA melalui Skype.
“Jadi ketika orang mengatakan, ‘Oh, dia hanya memiliki jabatan urusan imigrasi, dan kita memiliki masalah imigrasi yang parah,’ (maka itu berarti) mereka benar-benar tidak memperhitungkan peran penuh yang telah dia mainkan di setiap kawasan di dunia,” kata Robinson.
Meskipun dia telah berkeliling dunia selama hampir empat tahun, bertemu dengan 150 kepala negara dan pemerintahan, Trump mengatakan Harris tidak berpengalaman dan tidak berprestasi.
“Dia adalah orang ‘gila’ kiri radikal yang akan menghancurkan negara kita,” kata Trump.
Menanggapi tuduhan itu, Harris mengatakan, “Jika Anda punya sesuatu untuk dikatakan, katakan langsung kepada saya.” [lt/ab]
Forum