Delapan penjaga perdamaian internasional, termasuk enam warga Amerika, tewas Kamis (12/11) ketika helikopter Black Hawk Angkatan Darat AS jatuh dalam misi rutin di Semenanjung Sinai Mesir, demikian menurut pejabat Israel dan Mesir.
Pasukan dan Pengamat Multinasional (MFO) kelompok yang memantau perjanjian perdamaian Israel-Mesir 1979 dan pemilik pesawat itu, melaporkan dua korban tambahan, warga Perancis dan Ceko. MFO menolak merilis nama-nama korban, karena masih menunggu pemberitahuan kepada keluarga korban terlebih dahulu.
Awak kesembilan, juga seorang warga Amerika, terluka parah dalam kecelakaan itu, dan kemudian diterbangkan ke rumah sakit Israel.
Israel dan Mesir mengatakan jatuhnya pesawat itu tampaknya murni kecelakaan, dan tidak ada tanda-tanda pesawat diserang. Militer Republik Ceko menyebut kecelakaan Black Hawk itu sebagai akibat kerusakan teknis.
Dalam siaran pers yang dikeluarkan Kamis, MFO mengatakan pihaknya akan menyelidiki lebih jauh penyebab kecelakaan itu.
Meskipun lokasi pasti kecelakaan itu belum diketahui, seorang pejabat Mesir, yang tidak mau disebut namanya mengatakan helikopter itu jatuh di atas perairan Laut Merah di luar perbatasan Mesir.
Dalam pernyataan yang dirilis Departemen Pertahanan AS, Penjabat Menteri Pertahanan Chris Miller menyampaikan penghormatan kepada anggota militer yang tewas. "Kemarin kita menghormati pengorbanan jutaan orang yang telah membela negara kita, dan hari ini kita diingatkan mengenai pengorbanan prajurit kita sebagai pengabdian mereka." Miller menyampaikan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman anggota militer yang tewas dalam kecelakaan itu.
MFO yang dibentuk setelah kesepakatan damai Mesir-Israel pada 1979, terdiri dari pasukan yang berasal dari 13 negara, dengan Amerika sebagai penyedia kontribusi terbesar. Tanggung jawabnya termasuk memastikan kebebasan navigasi melalui Selat Tiran. Tahun lalu, AS memberikan sekitar $ 31 juta untuk organisasi tersebut.
Kecelakaan hari Kamis itu adalah yang paling mematikan bagi militer AS tahun ini. [my/lt]