Pengajian nasional yang diikuti 587 anggota Gerakan Ahmadiyah Indonesia dari seluruh Jawa dan Lampung ini terpaksa dibubarkan untuk mengantisipasi situasi yang tidak diharapkan. Sebelumnya, sejak siang selepas ibadah sholat Jumat, massa dari Forum Umat Islam Yogya berkumpul dan kemudian bergerak menuju gedung Sekolah Menengah Kejuruan PIRI, di mana kegiatan pertemuan tengah dilangsungkan.
Ini adalah massa gabungan sejumlah organisasi seperti Majelis Mujahidin Indonesia, Gerakan Pemuda Kabah, Gerakan Anti Maksiat dan sejumlah organisasi lain. Massa kemudian melakukan orasi sekitar 100 meter dari pagar gedung lokasi pertemuan menuntut pembubaran kegiatan Gerakan Ahmadiyah. Salah satu yang berorasi adalah Abu Haedar, dari Majelis Mujahidin Indonesia.
“Kita hanya mengingatkan, apabila ini akan terus belanjut, kita khawatir terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan. Dan itu bukan salah kita, karena kita hanya ingin menegakkan hukum. Membantu aparat kepolisian, menguatkan aparat kepolisian untuk taat dan komitmen pada hukum yang sudah dibuat oleh pemerintah kita. Oleh karena itu, kami meminta dan kami serukan, kepada pihak Ahmadiyah, apapun kegiatannya, untuk segera membubarkan diri sekarang juga,” kata Abu Haedar memberi ultimatum.
Walikota Yogyakarta, Haryadi Suyuti yang datang untuk menenangkan massa ini, kemudian menemui pimpinan Gerakan Ahmadiyah yang masih melangsungkan acara di dalam gedung. Walikota meminta pihak Gerakan Ahmadiyah mengakhiri kegiatan karena situasi yang tidak kondusif di luar area pertemuan.
Haryadi Suyuti mengatakan, “Saya ulangi bahwa kegiatan selesai. Bahwa kegiatan pengajian tahunan ini tidak kondusif, masyarakat sudah tidak menerima kedatangan mereka, dan tentunya mereka juga bisa memahami itu. Kita mencapai kesepakatan bahwa situasi masyarakat seperti itu.”
Juru bicara Gerakan Ahmadiyah, Mulyono mengatakan, aksi pembubaran pertemuan ini adalah yang pertama kali mereka alami sejak tahun 1928. Kepada VOA, Mulyono menyatakan, karena alasan keamanan, maka Gerakan Ahmadiyah bersedia mengakhiri acara dan akan pulang ke daerah asal masing-masing.
“Demi terciptanya keadaan damai saja, kita tidak ingin, katakanlah ngotot segala macam, tidaklah. Ya gimana, mau tidak mau kami sebagai pengurus sudah menyepakati itu, nah sebetulnya kan kami masih punya kesempatan untuk menjelaskan kepada peserta (demonstrasi), tetapi sepertinya sudah kurang kondusif. Dan sekali lagi yang perlu kami tegaskan bahwa demi tercipanya kondisi damai di Yogya, kami mengalah. Sejak tahun 1928, (pembubaran paksa semacam ) ini baru pertama kalinya,” ujar Mulyono.
Para anggota Gerakan Ahmadiyah sendiri baru datang ke Jogjakarta hari Kamis malam, sebelum pertemuan mereka akhirnya dibubarkan hari Jumat siang. Sebagian anggota memutuskan meninggalkan Jogjakarta begitu sekelompok massa itu datang, sementara ratusan yang lain bertahan dan baru meninggalkan lokasi pada malam hari.