Pihak berwenang di Pakistan pada Senin (2/12) melaporkan bahwa bentrokan bersenjata antara kelompok Muslim Sunni dan Muslim Syiah yang bermusuhan di distrik barat laut yang berbatasan dengan Afghanistan telah mengakibatkan sedikitnya 133 kematian dalam dua minggu terakhir.
Kekerasan sektarian di Kurram yang terletak di provinsi Khyber Pakhtunkhwa, Pakistan, meletus pada akhir bulan lalu ketika sekelompok orang bersenjata menyergap konvoi kendaraan para penganut Syiah, menewaskan 52 penumpang, termasuk perempuan, anak-anak, dan personel keamanan yang mengawal mereka.
Hingga kini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang memicu serangan balasan dan pembakaran oleh warga Syiah di desa yang sebagian besar penduduknya adalah penganut aliran Sunni di mana konvoi tersebut disergap.
Bentrokan tersebut kemudian meningkat menjadi serangan balas dendam di seluruh distrik, menewaskan lebih dari 80 orang dan melukai hampir 200 orang.
Pemerintah provinsi memfasilitasi gencatan senjata selama seminggu antara kelompok-kelompok yang bertikai, yang memungkinkan kedua pihak untuk bertukar menjadi tuan rumah pertemuan, tetapi upaya itu gagal menghentikan permusuhan.
Kurram, yang terletak di perbatasan dengan Afghanistan, adalah satu-satunya distrik Pakistan yang mayoritas penduduknya adalah penganut aliran Syiah. Distrik tersebut berbeda dengan tempat-tempat lain secara nasional di mana kelompok Sunni menjadi mayoritas.
Ali Amin Gandapur, kepala menteri provinsi, memimpin rapat Kabinet pada hari Senin di mana para anggota diberi pengarahan tentang upaya untuk memulihkan perdamaian di wilayah tersebut.
Media lokal mengutip Gandapur yang mengatakan dalam rapat tersebut bahwa mereka yang bertanggung jawab atas “kekacauan, penyebaran kebencian sektarian, dan hasutan pembunuhan dan penghancuran” akan “diperlakukan sebagai teroris.”
Sengketa tanah antara kelompok Sunni dan Syiah memicu bentrokan selama berminggu-minggu di Kurram sebelumnya pada tahun ini, menewaskan lebih dari 100 orang antara bulan Agustus dan Oktober.
Kekerasan tersebut telah memaksa pihak berwenang untuk menghentikan semua lalu lintas ke dan dari distrik tersebut hingga awal November, ketika para tetua suku menengahi gencatan senjata sementara, yang memungkinkan orang-orang yang bepergian untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada hari Minggu (1/12), militer Pakistan mengumumkan tewasnya delapan militan dalam apa yang disebutnya sebagai operasi yang digerakkan oleh intelijen yang dilakukan di dua distrik Khyber Pakhtunkhwa. Militer juga mengonfirmasi tewasnya dua tentara Pakistan, termasuk seorang perwira, dalam operasi tersebut. [lt/ab]
Forum