Para pejabat di Afghanistan, Sabtu (25/4), menuduh Taliban telah "menewaskan atau melukai" hampir 800 warga sipil sejak ditandatanganinya perjanjian perdamaian pada 29 Februari dengan AS. Seorang juru bicara kelompok pemberontak itu segera membantah tuduhan itu.
Tuduhan itu muncul pada hari ketika utusan perdamaian AS untuk Afghanistan, Zalmay Khalilzad, kembali menyerukan para pihak yang bertikai untuk mengupayakan perdamaian. Dia mengatakan perjanjian AS-Taliban itu "memberikan peluang bersejarah bagi Afghanistan.”
Seorang juru bicara dewan keamanan nasional di Kabul, yang merincikan meningkatnya kekerasan, mengklaim Taliban melakukan lebih dari 2.800 "aktivitas terorisme" antara 29 Februari dan 20 April, menewaskan dan melukai "789 warga sipil dalam periode ini."
Javid Faisal lalu mengatakan pasukan keamanan Afghanistan dalam serangan balasan menewaskan lebih dari 2.700 orang dari kubu Taliban.
"Pekan lalu adalah yang paling berdarah sejak perjanjian AS-Taliban, di mana Taliban menewaskan 34 dan melukai 62 warga sipil di 17 provinsi," katanya tanpa merincikan.
Juru bicara Taliban Suhail Shaheen, yang ditanya oleh VOA soal reaksinya, mempertanyakan kebenaran dari klaim pemerintah mengenai korban sipil itu.
"Klaimnya luas, bisakah mereka merincikan di mana dan kapan?" tanya Shaheen.
Berbagai bentrokan telah meningkat di Afghanistan seiring dengan tibanya pertempuran tahunan pada musim semi, menewaskan sejumlah orang di kedua kubu. Media Afghanistan melaporkan pasukan pemerintah mengalami hingga 100 korban tewas. [vm/ft]