Presiden Amerika Donald Trump mungkin akan menjadi faktor penting dalam pemilihan presiden Korea Selatan pada 9 Mei.
Banyak kalangan di Korea Selatan menjauhi Trump karena pernyataannya baru-baru ini agar Seoul membayar 1 miliar dolar bagi sistem pertahanan anti misil Amerika Terminal High Altitude Defense (THAAD) yang ditempatkan di Semenanjung Korea, kritiknya terhadap perjanjian perdagangan bebas Amerika-Korea Selatan, dan bahkan pujiannya terhadap pemimpin Korea Utara Kim Jong-un, serta pernyataan kesediaannya bertemu Kim tanpa lebih dulu berkonsultasi dengan sekutu-sekutu militer pentingnya di Asia.
Kritik kontroversial Trump terhadap Korea Selatan tampaknya akan membantu kandidat presiden yang paling menentang kebijakan keras Amerika terhadap Korea Utara.
Dalam suatu acara kampanye di Seoul, para pendukung Moon Jae-in terlihat menari-nari di jalan. Dukungan terhadap kandidat Partai Demokrat yang liberal ini melonjak menjadi 41 persen dalam survei yang dilakukan situs berita internet Dalian hari Selasa, hari terakhir jajak pendapat yang diperbolehkan menjelang pemilu. Moon kini unggul 20 persen dari pesaing-pesaing terdekatnya.
Pengacara HAM ini mendukung aliansi dengan Amerika. Tetapi ia berpendapat bahwa kebijakan Amerika yang menegaskan tekanan militer dan sanksi-sanksi saja tidak akan menyelesaikan ancaman nuklir Korea Utara. Ia ingin meredakan ketegangan melalui dialog dan telah menyatakan akan mempertimbangkan kembali pengelolaan bersama Kompleks Industri Kaesong di Korea Utara, yang ditutup setelah uji coba nuklir keempat Pyongyang pada tahun 2016.
Ia juga meminta penangguhan penempatan sistem antimisil THAAD yang sedang berlangsung di kawasan tenggara negara itu, hingga presiden mendatang mulai menjabat. [uh/lt]