Sebuah kelompok bantuan migran menuduh Garda Pantai Libya membiarkan tiga migran di Laut Tengah terkatung-katung tanpa bantuan setelah kapal yang mereka tumpangi mengalami kerusakan dan hancur.
Proactive Open Arms, kelompok bantuan dari Spanyol, mengatakan, mereka menemukan seorang perempuan dalam keadaan hidup dan dua lainnya – seorang perempuan dan anak kecil – tewas terapung sekitar 80 mil dari pantai Libya.
Kelompok itu memposkan sejumlah gambar dan video di media sosial yang menunjukkan kepingan tubuh sebuah kapal dan dua mayat yang terapung di antaranya. Proactive menuding Garda Pantai Libya dan sebuah kapal dagang yang berlayar di perairan internasional itu tidak membantu ketiga migran tersebut.
Ketiga migran yang mengalami nasib buruk itu diduga merupakan penumpang sebuah kapal yang sedang berusaha menyelundupkan migran ke Eropa. Garda Pantai Libya mengaku, mereka memang menghentikan kapal itu ketika berada dekat Khoms, sebuah kota di Libya Barat. Juru bicaranya, Ayoub Gassim, mengatakan, mereka bahkan memberikan bantuan kemanusiaan dan bantuan medis ke sekitar 158 migran, termasuk 34 perempuan dan 9 anak, sebelum membawa mereka ke sebuah kamp pengungsi di Khoms.
Libya menjadi titik transit utama ke Eropa bagi orang-orang yang ingin menghindari kemiskinan dan perang saudara di Afrika dan Timur Tengah. Para penyelundup manusia memanfaatkan kerusuhan untuk memetik keuntungan di Libya menyusul kerusuhan tahun 2011 yang menggulingkan penguasa Moammar Gaddafi.
Pemerintah Populis Italia telah bersumpah untuk menghentikan arus masuk migran melalui Laut Tengah dan mengalokasikan bantuan ke pihak berwenang Libya untuk melakukannya. Aktivis-aktivis HAM mengecam bantuan Italia itu dan mengatakan bahwa para migran yang dipulangkan ke Libya menghadapi resiko disiksa, dilecehkan, diperkosa dan diperbudak. [ab/uh]