Mengubah nama seseorang di Pakistan adalah prosedur hukum yang sulit dan panjang yang memerlukan berbagai dokumen.
Anehnya, tidak demikian halnya dengan kelompok militan yang dilarang oleh pemerintah. Dalam dua dekade terakhir, beberapa kelompok yang dituduh melakukan serangan teror berhasil menghindari tindakan keras pemerintah dengan mengubah nama.
Ulama Islam Hafiz Saeed, yang telah dinyatakan sebagai teroris oleh Amerika dan diduga menjadi otak serangan Mumbai tahun 2008 yang menewaskan 160 orang, mungkin adalah tokoh paling terkemuka yang dituduh melakukan taktik ubah nama itu.
Saeed hidup bebas di Lahore, meskipun pemerintah Amerika menjanjikan imbalan 10 juta untuk penangkapannya. Kelompoknya, Lashkar-e-Taiba juga telah dinyatakan sebagai kelompok teroris oleh PBB, Inggris, Rusia dan Uni Eropa. Tetapi dia telah menghindari larangan terhadap Lashkar-e-Taiba di Pakistan dengan mendirikan organisasi-organisasi lain yang diduga sebagai kedok bagi kelompok teroris itu.
Lashkar-e-Taiba dibentuk pada tahun 1980-an dengan tujuan membebaskan Kashmir yang dikuasai India dan pada akhirnya menggabungkannya dengan Pakistan. Pemerintah Pakistan melarang Lashkar-e-Taiba pada tahun 2002.
Saeed kemudian mengganti nama Lashkar-e-Taiba menjadi Jamaat-ud-Dawa (JuD), dan badan amal Falah-e-Insaniat Foundation (FIF). JuD dan FIF tercantum daftar pengawasan teror Amerika dan PBB.
Munculnya kembali beberapa faksi teror selama bertahun-tahun telah menyebabkan para ahli regional mempertanyakan kemauan pemerintah untuk minta pertanggungjawaban kelompok-kelompok tersebut.
"Menurut hukum, organisasi terlarang tidak boleh melakukan kembali aktivitas setelah mengubah nama," kata Zahid Hussain, seorang pakar keamanan kepada VOA. [sp/ds]