Sebuah gerakan Syiah terkemuka di Irak pimpinan ulama radikal Moqtada al-Sadr mengatakan ingin mantan Perdana Menteri Ibrahim al-Jaafari kembali berkuasa.
Para pengikut al-Sadr, yang dikenal dengan Sadris, memilih Jaafari melalui referendum selama dua hari yang dilangsungkan oleh ulama anti-Amerika itu.
Kelompok al-Sadr mengadakan referendum untuk membantu memutuskan siapa yang akan mereka calonkan sebagai perdana menteri, setelah pemilu parlemen bulan lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak.
Kelompok itu menolak para pemenang pemilu, termasuk mantan Perdana Menteri Ayad Allawi, yang koalisi sekulernya mendapat hanya dua kursi lebih banyak dari Perdana Menteri berkuasa Nouri al-Maliki dan blok Syiah-nya.
Kelompok itu mengatakan Jaafari mendapat 24 persen dari lebih dari satu juta surat suara yang dicobolos dalam referendum hari Jumat dan Sabtu lalu. Referendum itu tidak didukung pemerintah dan tidak mengikat secara hukum.