Pihak berwenang Nepal, Selasa (17/1) mulai menyerahkan jenazah korban kecelakaan pesawat kepada keluarga dan mengirim perekam data pesawat atau kotak hitam ke Prancis untuk dianalisa. Ini dilakukan saat pihak berwenang berupaya menentukan penyebab bencana udara yang paling mematikan di negara itu dalam 30 tahun.
Pesawat itu, Minggu (15/1) jatuh ke ngarai saat menuju Bandara Internasional Pokhara yang baru dibuka di kaki pegunungan Himalaya, menewaskan semua penumpang dan awaknya yang berjumlah 72 orang. Para tim pencari menemukan rekaman suara kokpit dan perekam data penerbangan pada hari Senin (16/1) dan pada hari Selasa menutup sebuah bendungan untuk memudahkan upaya pengambilan jenazah terakhir dari jurang sedalam 300 meter. Dua mayat lagi ditemukan Selasa pagi.
Perekam suara itu akan dianalisa di Nepal, tetapi perekam data penerbangan akan dikirim ke Prancis, kata Jagannath Niraula, juru bicara Otoritas Penerbangan Sipil Nepal. Pembuat pesawat itu, ATR, berkantor pusat di Toulouse.
Badan Penyelidik Kecelakaan Udara Prancis mengonfirmasi pihaknya ikut serta dalam penyelidikan, dan perwakilannya sudah berada di lokasi.
Pesawat ATR 72-500t bermesin ganda yang jatuh itu, dioperasikan oleh Yeti Airlines Nepal, dan sedang dalam penerbangan selama 27 menit dari ibu kota, Kathmandu, ke kota resor Pokhara, 200 kilometer di barat Kathmandu.
Masih belum jelas apa yang menyebabkan kecelakaan itu, yang terjadi kurang dari satu menit penerbangannya dari bandara Kathmandu dengan angin sepoi-sepoi dan langit yang cerah. [my/jm]
Forum