Para pendukung Partai AKP merayakan kemenangan itu Senin (2/11) pagi dini hari di jalan-jalan di kota Istanbul.
Sebelumnya, Perdana Menteri Turki Ahmet Davutoglu berbicara hari Minggu malam untuk menyampaikan pesan kesatuan.
Ia mengatakan, "Mari kita singsingkan lengan baju dan membuat sebuah Turki baru di mana situasi politik normal kembali, dan orang saling menyapa dengan damai."
Kemenangan mengejutkan tapi membingungkan semua jajak pendapat di negara itu, disambut oleh pasar keuangan dengan naiknya nilai mata uang Turki, Lira, serta mengakhiri ketidakpastian politik selama berbulan-bulan setelah pemilu yang hasilnya tidak jelas Juni lalu.
Namun, tantangan utama masih harus dihadapi Partai AKP pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan, termasuk lemahnya perekonomian, munculnya konflik dengan pemberontak PKK Kurdi, dan berkembangnya ancaman dari kelompok militan ISIS, yang dituduh melakukan serangan teror terburuk di negara itu bulan lalu.
Presiden Erdogan juga tidak sependapat dengan sekutu-sekutu Barat-nya mengenai masalah Suriah dan krisis migran.
Para pengamat mengatakan, ada harapan di antara sekutu Turki, bahwa pemerintah koalisi diharapkan dapat melunakkan kebijakan pemerintah. Tapi karena partai AKP kini memiliki mayoritas di parlemen, pertanyaan dari pihak oposisi maupun sekutu-sekutu Turki adalah, bagaimana Erdogan akan menggunakan mandat baru yang berhasil diraih oleh partainya itu.
Presiden Erdogan hari Senin menyampaikan pesan menantang dengan mengatakan, dunia harus menghormati hasil pemilu Turki itu.
Ujian yang penting adalah, apakah Erdogan akan mengejar tujuan kontroversialnya dengan memberi dirinya lebih banyak kekuasaan dengan mengubah konstitusi dan mengubah sistem negara itu menjadi sistem pemerintahan presidensial, di mana presiden menjadi kekuatan eksekutif yang menurut para pengamat, akan lebih memperburuk polarisasi di Turki. [ps/ii]