Washington hari Rabu (13/12) terbangun karena gempa politik setelah calon Partai Demokrat Doug Jones memenangkan kursi Senat di negara bagian Alabama.
Kemenangan Doug Jones mengecewakan Partai Republik karena pertama kalinya dalam seperempat abad partai itu kalah dalam pemilihan Senat di negara bagian selatan yang dikenal sangat konservatif itu.
Ini merupakan kekalahan besar bagi Presiden Amerika Donald Trump, yang menghimbau dipilihnya calon Partai Republik Roy Moore, hakim agung Alabama yang dua kali diskors dari pengadilan itu karena gagal mematuhi keputusan pengadilan federal dan kemudian menghadapi tuduhan dari wanita-wanita yang menuduhnya melakukan pelecehan seksual empat dekade yang lalu ketika mereka masih remaja dan Moore berusia di awal 30an.
Trump mengucapkan selamat pada Jones, tapi juga mengklaim tahu betul bahwa Moore tidak mampu memenangkan pemilihan itu karena "rintangan bertumpuk-tumpuk terhadapnya!"
Kemenangan Partai Demokrat itu merupakan luka politik yang diakibatkan oleh ulah Trump sendiri, yang 13 bulan lalu berhasil meraih Alabama dengan kelebihan 28 poin dalam pemilu presiden.
Sejumlah penasihat politik sebelumnya mendesak Trump agar tidak ikut campur persaingan Jones-Moore. Tapi presiden bersama mantan kepala strategi Gedung Putih Stephen Bannon, seorang aktivis politik sayap kanan yang secara aktif menentang elit Partai Republik di Washington, mendukung Moore sepenuhnya.
Trump menulis banyak komentar di Twitter yang isinya mendukung Moore, menyerukan agar ia dipilih pada sebuah kampanye pekan lalu dan meremehkan Jones sebagai "boneka" dua tokoh DPR Partai Demokrat teratas, Ketua Fraksi Minoritas di Senat Charles Schumer dan Ketua Fraksi Minoritas di DPR Nancy Pelosi.
Setelah kampanye yang sengit, para pendukung Jones, mantan jaksa federal mengungguli Moore dengan sekitar 20.000 suara dari 1,3 juta lebih kartu suara, dengan marjin 49,9 persen menjadi 48,4 persen.
Hasil itu berarti, pada bulan Januari ketika Jones dilantik, mayoritas Partai Republik di Senat dengan 100 kursi akan menyusut dari 52-48 menjadi 51-49 dan mempersulit Trump untuk mendapatkan persetujuan atas agenda legislatifnya. [my/jm]