Pemerintah melalui Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Wiranto menjelaskan impor senjata Polri adalah untuk keperluan senjata korps brimob. Wiranto, usai upacara peringatan Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Pancasila Sakti Lubang Buaya Jakarta Minggu (1/10), mengatakan, semuanya masih terkendali jadi tidak perlu dipermasalahkan.
"Tapi jangan diributkan di luar. Masing-masing kemudian mengambil satu spekulasi. Saya yang dengar ini merasa ..ini aneh nih. 'Ga ngerti masalah nih. Lalu digoreng lagi, ini apa lagi? Makanya saya 'gak bicara, Panglima TNI dan Kapolri juga 'gak ngomong. Karena kalo kita ngomong, pasti digoreng lagi," kata Wiranto.
Wiranto meminta kepada publik agar polemik seputar impor dan pembeliaan senjata itu hendaknya dihentikan.
"Nah, oleh karena itu..Stop dulu itu!. Stop dulu itu!. Kami akan koordinasi internal dan selesaikan itu. Kami akan sampaikan kepada publik. Saya akan sampaikan pasti," lanjutnya.
Wiranto lebih lanjut berjanji akan mengumumkan kepada publik hasil koordinasi di internal kementerian polhukam.
"Berikan kesempatan saya untuk bersama-sama dengan Panglima TNI dengan kapolri dengan BIN dengan Pindad dan dengan siapapun yang terlibat masalah pengadaan senjata biar kami koordinasi. Menyelesaikan itu karena itu domain kami. Nah, kemudian nanti saya panggil wartawan, ayo kita bicarakan dari hasil koordinasi yang tuntas itu," imbuh Wiranto.
Informasi seputar adanya ratusan pucuk senjata di kargo bandara Soekarno Hatta beredar di media sosial pekan lalu. Mabes Polri mengakui adanya impor ratusan senjata untuk Korps Brigade Mobil (Brimob) kepolisian Republik Indonesia (Polri). Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Setyo Wasisto di Mabes Polri Jakarta Sabtu pekan lalu memastikan pengadaan senjata impor itu sudah melalui proses anggaran dan prosedur yang sah.
"Saya nyatakan bahwa barang yang ada di bandara Soekarno Hatta adalah betul milik Polri dan adalah barang yang sah. Semuanya sudah sesuai dengan prosedur," kata Setyo Wasisto.
Setyo Wasisto mengatakan masuknya senjata itu membutukan izin dari TNI dalam hal ini dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.
Mabes Polri juga menyatakan senjata berjenis Arsenal Stand Alone Grenade Launcher (SAGL) Kaliber 40 x 46 milimeter ini berjumlah 280 pucuk. Senjata ini bukan mematikan melainkan untuk efek kejut. Di antaranya untuk menghadapi demonstrasi massa.
Kepala Korps Brimob Irjen Murad Ismail menjelaskan, peluru yang ada dalam senjata jenis Arsenal Stand Alone Grenade Launcher ini beragam. Mulai dari peluru karet hingga peluru hampa.
"Ini kita menembak tidak bisa lurus melainkan miring ke atas 45 derajat. Lalu pelurunya jatuh sekitar 85 meter. Dan pelurunya itu bentuknya bulat. Pelurunya ada banyak, ada peluru karet, hampa, gas air mata, ada peluru asap, ada peluru juga yang tabur. Senjata ini bukan untuk membunuh tetapi untuk kejut," kata Murad.
Murad membantah kabar yang beredar bahwa senjata ini dapat menghancurkan sesuatu seperti tembok ataupun kendaraaan tempur seperti tank. [aw/ab]