Kementerian Pertahanan Ukraina, Minggu (22/1), membantah laporan yang menuding pihaknya telah menaikkan harga pangan secara signifikan dalam kontrak yang diteken baru-baru ini. Hal tersebut merupakan skandal korupsi terburuk yang melanda angkatan bersenjata Ukraina sejak perang dengan Rusia meletus.
Sejumlah media nasional pada Sabtu (21/1) menuduh kementerian tersebut telah menandatangani kesepakatan bahan makanan pokok dengan harga "dua sampai tiga kali lipat lebih tinggi" dari harga saat ini.
Telur, yang di toko dijual sekitar 19 sen dolar AS, dikontrak dengan harga 46 sen dolar AS. Kementerian juga menandatangani pengadaan kentang dengan harga eceran lebih tinggi dua kali lipat, menurut situs berita ZN.UA.
Laporan media mengatakan kontrak yang ditandatangani untuk 2023 tersebut ditengarai bernilai 13 miliar hryvnia, lebih dari $350 juta dengan kurs saat ini atau setara dengan Rp5,25 triliun.
Kementerian Pertahanan menyebut laporan itu "salah" dan mengatakan pihaknya"membeli produk yang relevan sesuai dengan prosedur yang ditetapkan hukum".
Kementerian mengatakan mekanisme "kontrol dilakukan" terhadap kontrak yang ditandatangani. Kementerian juga mengumumkan pihaknya akan melakukan audit internal dan mengadakan pertemuan darurat dengan Menteri Pertahanan Oleksiy Reznikov pada Senin (23/1).
"Jika ditemukan pelanggaran dalam aktivitas pejabat Kementerian Pertahanan, mereka akan dimintai pertanggungjawaban sesuai dengan undang-undang saat ini," kata kementerian tersebut.
Kasus penggelapan marak terjadi di Ukraina. Dalam skandal lain yang terjadi pada akhir pekan, Biro Antikorupsi Nasional (National Anti-Corruption Bureau/NABU) negara itu menanyai seorang wakil menteri atas dugaan penggelapan, menurut Kementerian Infrastruktur.
Vasyl Lozynkiy, yang menjabat sejak Mei 2020, "menerima ($400.000) untuk memfasilitasi penyelesaian kontrak pembelian peralatan dan generator dengan harga yang membengkak," kata NABU.
Ukraina menghadapi defisit pasokan listrik akibat serangan Rusia terhadap infrastruktur energi. [ah]
Forum