Suatu hari di bulan Ramadan, anak-anak Palestina, para perempuan muda dan pria terlihat tengah berbaris sambil memegang wadah makanan kosong. Mereka sedang menunggu untuk wadah itu diisi dengan kentang dan semur daging giling hangat di Jalur Gaza selatan.
Dapur amal, atau T'kias, semakin populer di bulan suci Ramadhan. Para penyelenggara menawarkan makanan hangat kepada keluarga yang hidup dalam kemiskinan, yang jumlahnya banyak di wilayah yang diblokade Israel ini.
Bait Al-Maqdes T'kia, atau dapur umum, dibuka di kota Rafah enam bulan lalu. Sepanjang tahun, keluarga yang kurang mampu bisa mendapatkan makanan dua hari dalam seminggu. Namun, dapur umum ini beroperasi setiap harinya di bulan Ramadan.
"Kebutuhan masyarakat dan kemiskinan meningkat akibat pengepungan Gaza dan banyak orang tidak punya makanan di rumah. Gagasan dapur umum ini adalah untuk menawarkan makanan siap saji kepada orang-orang, demi meringankan situasi sulit yang mereka alami," ujar Saqr Al-Qaysim, pemilik "Dapur Rafah" kepada Associated Press.
Bantuan amal dan dukungan sosial meningkat di bulan Ramadhan, di mana para donatur dan organisasi menyumbangkan lebih banyak makanan untuk keluarga.
Gaza selalu mengalami kemiskinan. Sementara itu, kondisi sekitar 2,3 juta orang yang tinggal di wilayah pantai yang padat itu terus memburuk sejak kelompok militan Islam Hamas merebut kekuasaan pada tahun 2007.
Kesulitan bagi para penduduk pun bertambah di bulan Ramadan ini, di mana pajak besar dikenakan oleh Hamas, seiring dengan melonjaknya harga pangan global akibat perang dan masalah rantai pasokan.
Bank Dunia melaporkan bahwa tingkat kemiskinan di Gaza mencapai lebih dari 50 persen. [di/ii]
Forum