Tautan-tautan Akses

Kendala Bahasa dan Budaya Tak Surutkan Dua Purna Paskibra Latih Tim di Washington DC


Purna Paskibra dari Tomohon dan Merauke, Latih Paskibra di Washington, DC
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:03:40 0:00

Purna Paskibra dari Tomohon dan Merauke, Latih Paskibra di Washington, DC

Dua mantan anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) dari Merauke – Papua Selatan, dan Tomohon – Sulawesi Utara ikut melatih tim Paskibra di Washington DC, Amerika, tahun ini. Kendala format dan masa latihan yang singkat, cuaca yang luar biasa panas, dan bahkan bahasa, tak menyurutkan tekad mereka menebar dan memperkuat rasa cinta tanah air.

Setelah latihan intensif setiap hari Selasa dan Jumat, selama lima minggu, sejak awal Juli lalu, 16 anggota Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra) di Washington DC dinilai telah siap untuk melaksanakan tugas mereka pada tanggal 17 Agustus nanti. Paskibra yang berusia antara 14-17 tahun ini terdiri dari delapan laki-laki dan delapan perempuan, yang empat di antaranya berjilbab.

Pengukuhan 16 personel Paskibra Washington DC pada hari Kamis (15/8) yang akan mengibarkan bendera pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus mendatang.
Pengukuhan 16 personel Paskibra Washington DC pada hari Kamis (15/8) yang akan mengibarkan bendera pada peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus mendatang.

Kesiapan mereka untuk menjalankan tugas tidak lepas dari peran tiga pelatih mereka dari kantor Atase Pertahanan KBRI Washington DC dan dua mantan Paskibra dari Indonesia – atau biasa disebut sebagai Purna Paskibra – yaitu Joaena Wattimena dari Merauke, Papua Selatan, dan Priscilla Wondal dari Tomohon, Sulawesi Utara. Keduanya adalah mahasiswi tahun terakhir di Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Jawa Tengah, yang sedang magang di KBRI Washington DC.

Diwawancarai VOA melalui telpon, Joaena – yang menjadi Paskibraka di Merauke tahun 2016 – mengatakan sangat senang berkesempatan ikut melatih “adik tingkat,” demikian sebutan yang biasa digunakan dalam Paskibra; dan sangat terharu.

Joaena Wattimena, Purna Paskibra asal Merauke, Papua Selatan, yang kini ikut melatih tim Paskibra Washington DC.
Joaena Wattimena, Purna Paskibra asal Merauke, Papua Selatan, yang kini ikut melatih tim Paskibra Washington DC.

“Kita dipercayakan dari Indonesia untuk melatih teman-teman di sini, meski mereka sudah sejak lahir atau dibawa orang tuanya sejak kecil ke Amerika dan sudah terbentuk karakternya, kini kita harus melatih mereka baris-berbaris, menghormati bendera merah putih dan tahu arti penting bendera kita, membuat mereka memahami bahwa apa yang dilakukan adalah suatu misi besar – menaikkan dan menurunkan bendera merah putih saat peringatan Hari Kemerdekaan – momentum yang tidak dimiliki semua orang.”

Melatih 16 anak Indonesia yang sejak kecil dibesarkan di Amerika, atau bahkan lahir di Amerika, dalam waktu singkat, bukan pekerjaan mudah.

Priscilla Wondal, Purna Paskibra asal Tomohon, Sulawesi Utara, dengan telaten mengajari satu per satu anggota Paskibra Washington DC.
Priscilla Wondal, Purna Paskibra asal Tomohon, Sulawesi Utara, dengan telaten mengajari satu per satu anggota Paskibra Washington DC.

Priscilla, Purna Paskibraka dari Tomohon tahun 2019, yang oleh “anak asuh” di DC dikenal sebagai “Kak Prisil” merasakan betul hal ini.

“Jika dibandingkan dengan pelatihan yang kami pernah jalani dulu, tantangan paling utama yang kami hadapi di sini adalah bahasa. Rasanya gemes ada, gregetan ada, tapi bangga juga ada. Gemes karena mereka anak Indonesia, tapi karena dibesarkan di sini jadi tidak bisa berbahasa Indonesia. Bagusnya mereka mau bertanya, nanya-nanya terus malah. Mereka ingin tahu, jadi setelah latihan pun mereka mendatangi saya, bertanya ini benar gak kak, apa yang harus diperbaiki.”

Pendekatan Personal Satukan Hati

Joaena mengatakan pendekatan personal terbukti berhasil mencairkan suasana dan menimbulkan kehangatan di antara anak muda beda generasi dan beda budaya yang berasal dari satu akar rumput ini.

“Bagaimana cara melatih adik-adik ini benar-benar tergantung kita, harus sangat personal. Didekati satu per satu. Diberitahu, begini lho menjadi Paskibra yang benar. Jadi mereka akhirnya merasa kakaknya asyik, bisa ditanya-tanya bagaimana bisa membawa bendera merah putih pada 17 Agustus nanti. Ya kita harus sabar sekali, karena beda banget! Di sana kita dibentak-bentak saat dilatih, di sini tidak bisa. Beda 180 derajat. Saya sejak awal diberitahu tidak boleh menggunakan kalimat kasar atau tekanan kata tertentu, beda sekali dengan di Indonesia.”

Dua Purna Paskibra Joaena Wattimena dan Priscilla Wondal dengan sabar melatih anggota tim Paskibra Washington DC sejak pertengahan Juli lalu.
Dua Purna Paskibra Joaena Wattimena dan Priscilla Wondal dengan sabar melatih anggota tim Paskibra Washington DC sejak pertengahan Juli lalu.

Orang Tua Ikut Rasakan Manfaat

Para orang tua yang putra-putrinya terpilih menjadi anggota Paskibra Washington DC tahun ini ikut merasakan manfaat keberadaan dua Purna Paskibra seperti Joaena dan Priscilla, yang sangat membantu putra-putra mereka memahami perintah yang diberikan ketika latihan baris berbaris, dan sekaligus belajar disiplin, tata krama dan sopan santun Indonesia.

Tak jarang anak-anak seakan mendapatkan konfirmasi dari “kakak tingkat” mereka, tentang apa yang sedang terjadi di Indonesia. Tidak aja soal politik dan sosial budaya, tapi juga soal sederhana seperti makanan dan tempat yang sedang seru dikunjungi.

Atase Pertahanan di KBRI Washington DC Marsma TNI Edwardus Wisoko Aribowo bersama tim menjadi pelatih utama Paskibra Washington DC.
Atase Pertahanan di KBRI Washington DC Marsma TNI Edwardus Wisoko Aribowo bersama tim menjadi pelatih utama Paskibra Washington DC.

Bangga Anak Ikut Paskibra, Sumarti Pamerkan Foto & Video pada Orang Sekampung

Lepas dari hal-hal itu, para orang tua tidak dapat menyembunyikan rasa bangga dan sekaligus haru. Diantaranya adalah Sumarti, yang sudah belasan tahun tinggal di Amerika membesarkan putranya – Kevin – seorang diri. Tahun ini merupakan tahun kedua Kevin terpilih menjadi anggota Paskibra. Ia menceritakan betapa bangganya orang sekampungnya di Banyuwangi, Jawa Timur.

Sumarti, asal Banyuwangi, dengan bangga memamerkan foto putranya yang menjadi anggota Paskibra Washington DC kepada orang-orang sekampungnya.
Sumarti, asal Banyuwangi, dengan bangga memamerkan foto putranya yang menjadi anggota Paskibra Washington DC kepada orang-orang sekampungnya.

“Saya kirim fotonya yang tahun lalu dan sama neneknya dicetak, diperbesar, ditunjukkin sama orang-orang di kampung. Mereka senang sekali. Kakeknya sampai nangis. Dia bilang ke orang-orang yang datang ke rumah, dia sangat bangga karena cucunya di Amerika bisa jadi anggota Paskibra yang selama ini hanya dia lihat di televisi. Anak saya ini belum pernah pulang ke Indonesia. Insya Allah nanti…”

Ermawati Ingin Mewarisi Semangat Paskibra

Hal senada disampaikan Ermawati Pandiangan, yang sejak tahun 2001 tinggal di Amerika untuk membesarkan lima anaknya dan belum pernah sekali pun mudik ke Indonesia. Putra ketiganya, Christopher Imanuel Pandiangan, akan menjadi salah seorang tim pengibar bendera pada pagi hari 17 Agustus nanti. Yang sangat mengharukan baginya adalah karena ia sendiri pernah menjadi anggota tim Paskibra di tingkat Jakarta Selatan, puluhan tahun lalu.

“Terus terang saja Chris ikut Paskibra ini karena dorongan Mama-nya.. hahahaha… Karena saya sendiri pernah ikut Paskibra dulu, perwakilan dari Jakarta Selatan. Aku ingin banget anakku ikut Paskibra, tapi dari anak pertama dan kedua gak ada yang mau. Baru Chris yang mau. Dan dia tambah semangat setelah bertemu dengan sesama anak Indonesia yang juga seperti dia, lahir atau dibesarkan di sini, sangat cinta Indonesia tapi sulit mengekspresikannya karena meski orang tuanya Indonesia, tapi sehari-hari khan dia sekolah dan bicara dalam bahasa Inggris, pola berpikirnya juga seperti orang sini. Tapi dia suka makanan Indonesia dan sangat-sangat Indonesia.”

Mantan Paskibraka Latih Pasukan Pengibar di Amerika
mohon tunggu

No media source currently available

0:00 0:14:51 0:00

Baik Sumarti, maupun Ermawati, merasa kehadiran dua purna Paskibra seperti Joaena dan Priscilla sangat membantu putra-putra mereka memahami perintah yang diberikan ketika latihan baris berbaris, dan sekaligus belajar disiplin, tata krama dan sopan santun Indonesia. Tak jarang mereka bertukar kabar tentang apa yang sedang terjadi di negara seribu pulau itu, dan perjuangan kedua “kakak tingkat” mengatasinya. [em/jm]

Forum

XS
SM
MD
LG