Kata Bachelet, kesenjangan pendapatan, kesempatan dan keadilan terdapat di semua negara, kaya atau miskin, dan menyelesaikan hal-hal ini penting untuk mengatasi keluhan dan kemarahan yang mendorong rasa kebencian, aksi kekerasan dan ancaman bagi perdamaian lainnya.
Contohnya banyak terdapat di negara di mana tidak ada penghormatan atas HAM telah mendorong aksi protes yang kemudian ditumpas dengan ganas oleh pasukan keamanan. Bachelet menyebut Sudan, di mana orang-orang yang berdemonstrasi menentang keadaan ekonomi yang sulit dan sistem pemerintahan yang buruk telah dibubarkan dengan kejam oleh pasukan keamanan.
Pejabat PBB itu mencatat hal yang sama terjadi di banyak tempat, seperti Zimbabwe, Haiti, Perancis, Venezuela, Nikaragua dan kawasan pendudukan di Palestina. Kata Bachelet, ia terkejut melihat banyaknya pembunuhan para pejuang HAM di seluruh dunia, dan juga meluasnya serangan atas wartawan dan tekanan terhadap kebebasan pers.
Kepala HAM PBB itu mengatakan sangat prihatin atas banyaknya pembalasan yang dilakukan pemerintah atas para pegiat HAM dan organisasi non-pemerintah yang bekerja sama dengan PBB.
“Hari ini saya ingin menyampaikan keprihatinan saya tentang penangkapan dan penahanan semena-mena, dan adanya tuduhan penyiksaan terhadap sejumlah pendukung HAM perempuan di Arab Saudi. Persekusi atas para aktivis yang melakukan aksi damai jelas-jelas bertentangan dengan semangat reformasi yang pernah diumumkan negara itu. Karena itu, kami mendesak supaya semua perempuan yang ditangkap itu dibebaskan,” ungkapnya.
Bachelet juga mengutuk penahanan ribuan anggota kelompok minoritas Uighur di kamp-kamp re-edukasi di propinsi Xinjiang. Kata para aktivis, ada sekitar satu juta warga Uighur yang ditahan di kamp-kamp seperti itu.
Kebijakan imigrasi Amerika juga tidak luput dari kecaman Bachelet, karena ribuan anak-anak telah dipisahkan dari orang tua mereka ketika berusaha masuk ke Amerika di perbatasan dengan Meksiko.
Badan PBB itu juga menyerukan kepada Australia supaya menjalankan kebijakan yang lebih manusiawi atas ratusan migran yang ditahan di pulau Manus dan Nauru. (ii)