Kepala intelijen Australia pada Minggu (11/8) menuduh beberapa negara sahabat menjalankan operasi campur tangan asing di negara itu, dan mengatakan identitas mereka akan mengejutkan jika diungkapkan.
Canberra tahun lalu menyebut Iran sebagai negara yang melakukan campur tangan asing, dan menambahkan bahwa intelijen Australia telah menggagalkan "beberapa orang" yang melakukan operasi pengintaian di rumah seorang warga Iran-Australia.
Namun, negara-negara lain juga secara diam-diam berusaha mencampuri sistem politik Australia dan komunitas diasporanya, kata Mike Burgess, Direktur Jenderal Organisasi Intelijen Keamanan Australia (Australian Security Intelligence Organization/ASIO).
"Saya bisa menyebut setidaknya tiga atau empat (negara) yang kami temukan secara aktif terlibat dalam campur tangan asing dalam komunitas diaspora Australia," kata Burgess dalam sebuah wawancara dengan lembaga penyiaran publik ABC.
"Beberapa di antaranya akan mengejutkan Anda. Beberapa di antaranya adalah sahabat kita," katanya. Burgess menolak untuk mengidentifikasi negara-negara yang terlibat selain mengonfirmasi tuduhan pemerintah tentang keterlibatan Iran. Campur tangan asing, spionase, dan kekerasan bermotif politik adalah masalah keamanan utama Australia, kata Burgess.
"Dalam komunitas diaspora, ada beberapa negara yang berusaha mengancam dan mengintimidasi warga Australia yang tinggal di negara ini," katanya. "Ketika kami menemukannya, kami menanganinya secara efektif."
Pada tahun 2022, Burgess mengungkapkan bahwa ASIO telah menggagalkan plot campur tangan asing oleh seseorang yang kaya raya - yang hanya disebut sebagai "dalang" - yang memiliki koneksi mendalam dengan sebuah pemerintahan asing.
Orang tersebut telah menyalurkan ratusan ribu dolar kepada seorang karyawan untuk mencoba memengaruhi sebuah pemilihan umum, katanya pada saat itu, tanpa menyebutkan suara mana yang menjadi target. ASIO bulan ini menaikkan tingkat ancaman terorisme Australia menjadi "kemungkinan", dengan mengatakan bahwa peningkatan ideologi ekstrem di dalam negeri telah meningkatkan kemungkinan terjadinya aksi kekerasan dalam 12 bulan ke depan.
Burgess pada hari Minggu mengatakan bahwa penyebaran informasi yang salah di media sosial mempersulit upaya untuk mengatasi ancaman kekerasan yang bermotif politik, dengan anak-anak di bawah umur yang "terkurung lebih suka berada di kamar dengan peralatan mereka" dan semakin terpapar dengan ekstremisme kekerasan.
Kepala mata-mata itu mengatakan ASIO akan mengawasi risiko-risiko seperti itu di sekitar pemilihan umum Australia berikutnya, yang secara luas diperkirakan akan diadakan pada tahun 2025, karena akan menjadi "fokus utama "perdebatan yang sengit tentang masalah-masalah sosial. [my/lt]
Forum