Klaim-klaim itu begitu vulgar, seperti yang sering muncul dalam novel mata-mata picisan. Agen-agen intelijen Rusia dikatakan telah memupuk presiden AS mendatang secara hati-hati selama bertahun-tahun, dan sedang dalam proses mengumpulkan informasi mengenai dirinya, informasi yang sangat menyudutkan sehingga bisa digunakan untuk pemerasan.
Setidaknya itulah laporan berita yang dirilis Selasa malam oleh CNN dan media-media lainnya. Keputusan untuk melaporkan kehadiran klaim itu, yang belum diverifikasi dan didasarkan pada sumber-sumber anonim tersebut, memicu debat keras mengenai etika journalistik dan penyangkalan dari Presiden AS terpilih Donald Trump, yang mengecam laporan tersebut sebagai "perburuan politik."
Drama ini dimulai Selasa, ketika CNN melaporkan bahwa kepala-kepala intelijen Amerika menyajikan kepada Trump dan Presiden Barack Obama klaim bahwa operator-operator Rusia mengumpulkan info pribadi dan finansial yang merugikan tentang presiden terpilih.
Klaim tentang kegiatan ini berasal dari mantan mata-mata Inggris. Pejabat intelijen Amerika menilai mantan mata-mata Inggris ini kredibel.
Kemudian Buzzfeed, sebuah media daring, menerbitkan klaim itu secara lengkap, termasuk sekumpulan dokumen setebal 35 halaman yang ditulis oleh mata-mata ini.
Di dalamnya ada tuduhan yang mengejutkan, katanya ada pertukaran informasi antara pembantu Trump dan operator Rusia. Juga adanya hubungan seksual antara Trump dan pelacur, dan ini direkam oleh FSB, badan keamanan Rusia.
Menurut CNN, para pejabat intelijen AS telah menentukan bahwa pekerjaan mata-mata Inggris sebelum itu kredibel. Namun jaringan televisi ini menekankan bahwa mereka tidak dapat melaporkan informasi mengenai Trump semacam apa yang telah dikumpulkan, dengan mengatakan dugaan-dugaan itu tidak dapat diverifikasi.
"Mereka masih melaporkan klaim yang tidak berdasar dari apa yang mereka pikir sumber yang kredibel," ujar Jeffrey Seglin, ahli etik dan kebijakan di Kennedy School of Government di Harvard University.
"Bagi saya itu problematis."
Seglin mempertanyakan apakah keinginan menjadi media pertama yang melaporkan cerita itu melampaui pertimbangan kode etik jurnalistik.
Judith Matloff, pengajar di fakultas jurnalistik Columbia University, mengatakan jika ia redaktur, ia tidak akan menerbitkan dokumen itu jika isinya belum terverifikasi.
Yang lainnya mendukung keputusan untuk menerbitkan kisah itu. Yang paling menonjol adalah ProPublica, sebuah media investigasi nirlaba, yang mengatakan bahwa langkah BuzzFeed terjustifikasi dalam mencetak dokumen tersebut begitu menjadi diskusi publik.
"Begitu laporan CNN keluar, orang-orang seharusnya punya bukti untuk mempertimbankannya sendiri," ujar Presiden ProPublica Richard Tofel di Twitter. [jm/hd]