Pihak berwenang di Kazakhstan Senin (10/1) mengatakan bahwa hampir 8.000 orang ditahan polisi dalam protes yang berubah menjadi kekerasan pekan lalu. Itu menandai kerusuhan terburuk yang pernah dihadapi negara bekas Soviet itu sejak merdeka 30 tahun lalu.
Presiden Kassym-Jomart Tokayev Senin (10/1) menggambarkan peristiwa minggu lalu sebagai "agresi teroris" terhadap negara itu dan menyebut laporan bahwa pihak berwenang memerangi demonstran damai sebagai "disinformasi."
Komisi Keamanan Nasional, badan kontra-intelijen dan anti-teror Kazakhstan, Senin mengatakan bahwa situasi di negara itu "stabil dan terkendali." Pihak berwenang menyatakan Senin sebagai hari berkabung bagi puluhan korban kerusuhan kekerasan yang belum pernah terjadi.
Demonstrasi itu dimulai pada 2 Januari untuk menolak kenaikan hampir dua kali lipat harga jenis bahan bakar kendaraan. Dengan cepat menyebar ke seluruh negeri, demonstrasi itu mencerminkan ketidakpuasan yang lebih luas terhadap pemerintah otoriter.
Dalam sebuah konsesi, pemerintah mengumumkan batas harga 180 hari untuk bahan bakar kendaraan dan moratorium kenaikan tarif utilitas. Walaupun ada konsesi itu, protes berubah menjadi kekerasan selama beberapa hari. Gedung-gedung pemerintah dibakar dan puluhan orang tewas.
Pihak berwenang mengumumkan keadaan darurat atas kerusuhan itu, dan Presiden Tokayev meminta bantuan dari Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif, aliansi militer enam negara bekas Soviet yang dipimpin Rusia. Kelompok itu telah mengizinkan pengiriman sekitar 2.500 tentara, sebagian besar Rusia, ke Kazakhstan sebagai penjaga perdamaian.[ka/lt]