Para pejabat Kazakhstan mengatakan seorang bocah perempuan usia 4 tahun termasuk di antara 164 orang yang tewas dalam protes pekan lalu. Menurut pihak berwenang, 5.800 orang telah ditahan.
Dalam upaya menghentikan protes, Presiden Kassym-Jomart Tokayev mengeluarkan perintah tembak di tempat, yang memungkinkan pasukan keamanan melepaskan tembakan tanpa peringatan terhadap demonstran.
Pemimpin bekas republik Soviet itu juga meminta bantuan Rusia dan Presiden Vladimir Putin untuk memadamkan demonstrasi. Rusia dan beberapa anggota Organisasi Perjanjian Keamanan Bersama, aliansi militer antarpemerintah Eurasia, untuk menanggapi dengan mengirimkan tentara.
Protes itu didorong oleh kenaikan harga bahan bakar, tetapi kemudian berkembang karena tidak puas dengan pemerintah otoriter Kazakhstan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada Minggu dalam acara televisi ABC This Week mengatakan bahwa Kazakhstan “memiliki kemampuan untuk menjaga hukum dan ketertiban, untuk membela institusi-institusi negara, tetapi harus melakukannya dengan cara yang menghormati hak-hak pengunjuk rasa damai dan juga mengatasi keprihatinan yang mereka kemukakan – keprihatinan ekonomi, beberapa keprihatinan politik.”
Demonstrasi itu mendorong Tokayev membubarkan kabinet dan memecat mentornya, mantan Presiden Nursultan Nazarbayev dari posisinya sebagai kepala dewan keamanan negara. Nazarbayev memimpin negara itu sejak kemerdekaannya dari Uni Soviet pada tahun 1990 hingga 2019.
Pihak berwenang juga mengumumkan penangkapan Karim Massimov, mantan kepala Komite Keamanan Nasional, atas dugaan melakukan pengkhianatan tingkat tinggi. Massimov, 56, memimpin komite yang bertanggung jawab terhadap kontraintelijen itu hingga Tokayev memecatnya pekan lalu.
Erica Marat, profesor di National Defense University di Washington mengatakan kepada the New York Times bahwa Tokayev “memperdagangkan kedaulatan negaranya ke Rusia demi kekuasaannya sendiri dan kepentingan elite kleptokratis.” [uh/ab]