Tautan-tautan Akses

Kerusuhan di Republik Demokratik Kongo Picu Kekhawatiran Krisis Pengungsi 


Para penjaga perdamaian dari PBB di Republik Demokratik Kongo berjaga dekat pusat perawatan Ebola di Katwa, dekat Butembo, di Republik Demokratik Kongo, 5 Oktober 2019.
Para penjaga perdamaian dari PBB di Republik Demokratik Kongo berjaga dekat pusat perawatan Ebola di Katwa, dekat Butembo, di Republik Demokratik Kongo, 5 Oktober 2019.

Serangan milisi yang tak henti-hentinya di Republik Demokratik Kongo timur menyebabkan lebih banyak lagi warga melarikan diri dari rumah mereka. Hal itu menambah jutaan orang yang terlantar dan mengancam rasa tidak aman yang menyebar ke tempat lain di wilayah Great Lakes Afrika, demikian para pengamat memperingatkan.

Minggu ini, warga yang melarikan diri dari konflik membawa anak-anak kecil dan barang-barang mereka ketika melintasi perbatasan timur Republik Demokratik Kongo ke Uganda, Rwanda dan Burundi.

Mereka menyalahkan Mai Mai, nama yang diberikan kepada sejumlah kelompok bersenjata yang terlibat dalam bentrokan etnis selama beberapa dekade.

Sejak Mei, para penyerang telah membakar sekitar 160 desa di Banyamulenge, etnik Tutsi, membunuh sekurangnya 200 orang, mencuri ternak yang menjadi mata pencaharian mereka, dan memaksa lebih dari 200 ribu orang mengungsi, demikian menurut Congo Today, kelompok nirlaba yang mempromosikan perdamaian dan rekonsiliasi di antara suku Kongo.

"Mereka mengatakan tidak ingin melihat warga dengan latar belakang etnik kami," kata seorang perempuan Tutsi Kongo kepada VOA sambil berusaha menenangkan anak-anaknya yang menangis. Ia mengatakan mereka sudah berjalan selama dua minggu untuk menyelamatkan diri di kota Bunagana, Uganda selatan.

"Kami tidak bersalah, kami tidak melakukan apa pun terhadap mereka," kata perempuan itu, yang tidak ingin disebut namanya. "Mereka mengatakan tidak ingin mendengar kami berbicara dalam bahasa ini dan kami bukan warga Kongo." [my/pp]

XS
SM
MD
LG