Sebanyak 116 ribu orang yang tinggal di sekitar pembangkit nuklir itu dievakuasi, dan lebih dari 220.000 lainnya selama bertahun-tahun terpaksa tinggal dalam "zona kematian" yang telah terkontaminasi. Wartawan VOA Henry Ridgwell melaporkan dari Chernobyl tentang emosi yang masih terasa 30 tahun kemudian dan kota-kota hantu menakutkan yang tersisa.
Keterikatan dengan rumah masa kanak-kanak, kenangan akan situasi yang menyakitkan. Alexander Gruzevitch tinggal bersama kedua orang tuanya di Leningradskaya Nomor 6 di kota Chernobyl.
"Ketika saya masih anak-anak, ibu saya membuat api besar di perapian. Pada musim dingin, ketika suasana sangat dingin, perapian itu cukup hangat," papar Alexander.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 26 April 1986, Gruzevitch pergi ke luar rumah untuk merokok.
"Saya melihat sesuatu seperti pijaran cahaya, seperti matahari terbenam. Ada sedikit nuansa merah darah. Saya pikir "aneh juga ada pijaran seperti itu saat ini, apakah mungkin ada matahari pada saat ini. Namun, hingga keesokkan harinya, tidak ada yang memberitahu apapun kepada kami," tambahnya.
Enam belas kilometer dari rumah Gruzevitch, terungkap sebuah bencana berskala besar di pembangkit nuklir. Perintah evakuasi Chernobyl disampaikan sepuluh hari setelah insiden itu.
Di arah angin berhembus terdapat kota Pripyat, yang menjadi kediaman para pekerja di pembangkit nuklir itu. Banyak yang menyaksikan kebakaran dari balkoni apartemen mereka.
Sewaktu kebocoran radiasi terjadi di pembangkit nuklir yang terletak hanya dua kilometer dari Pripyat itu, seluruh penduduk yang berjumlah sekitar 55.000 orang terpaksa mengungsi.
Kota Pripyat kini menjadi monumen kecelakaan nuklir terburuk di dunia. Sewaktu gedung-gedung secara perlahan-lahan roboh, pepohonan yang mengandung radio aktif menguasai kota itu.
Di sebuah sekolah setempat, masker gas dari era Perang Dingin tampak bertebaran di lantai kelas. Demikian pula buku-buku pelajaran yang memuji pencapaian Uni Sovyet.
Yang mengejutkan di tengah-tengah reruntuhan itu ada tanda-tanda kehidupan. Ratusan warga yang umumnya lansia menetap di zona pengecualian yang secara diam-diam ditolerir oleh pihak berwenang. Banyak yang menanam tanaman untuk makan, meskipun ada peringatan bahwa kontaminasi meningkat cepat di bawah permukaan tanah.
Kota Chernobyl masih dihuni sekitar 3.000 orang yang terus bekerja menonaktifkan pembangkit nuklir itu. Mereka hanya boleh berada di dalam zona itu selama 14 hari.
Sekali seminggu Alexander Gruzevitch pergi dari Kyiv untuk bekerja di sebuah rumah sakit di Chernobyl, yang hanya beberapa menit jalan kaki dari rumah lamanya.
Selanjutnya, Alexander menceritaka, "Ibu saya biasanya mengatakan kepada ayah "ayo kita kembali". Tetapi mereka tidak pernah kembali. Namun sebulan setelah kecelakaan itu saya dan ayah saya kembali ke rumah lama kami. Rumah itu hancur. Jendela-jendelanya rusak dan pintu rumah terbuka. Semua barang-barang kami dicuri. Tidak ada yang tertinggal."
Para ilmuwan mengatakan zona pengecualian tidak akan aman dihuni selama 20.000 tahun ke depan.
Tetapi bagi beberapa orang yang mengungsi dari kota itu, Chernobyl tetap menjadi rumah mereka, dan dorongan untuk kembali melebihi bahaya tidak tampak yang berada di sekitar. [em/al]