Selagi Turki melancarkan serangan balasan setelah sebuah puluru mortir yang ditembakkan dari Suriah menghantam wilayah pedalaman Turki hari Senin, Menteri Penerangan Suriah mengatakan “bukanlah tanggung jawab Suriah untuk mempertahankan keamanan di sepanjang perbatasan”.
Militer Turki melakukan serangan balasan terhadap Suriah setelah peluru mortir terakhir dari Suriah mendarat di distrik Hacipasa 150 meter di dalam Turki– demikian menurut para pejabat Turki.
Sewaktu ketegangan antar kedua negara tetangga itu memuncak, Menteri Penerangan Suriah Omran Zahbi mengatakan Suriah tidak bertanggungjawab atas keamanan di sepanjang perbatasan.
Omran Zahbi mengatakan Turki dan bukan Suriah yang bertanggungjawab menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan, karena Turki telah mengijinkan para pejuang untuk mendirikan pangkalan dan menyusup dalam jumlah besar ke Suriah dari berbagai titik perbatasan beberapa hari terakhir ini.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon hari Senin memperingatkan adanya kondisi yang “sangat berbahaya” dari memuncaknya konflik di sepanjang perbatasan Suriah – Turki. Ban Ki-Moon menggarisbawahi kembali desakan solusi politik, yang katanya merupakan “satu-satunya cara” untuk menyelesaikan krisis yang berawal bulan Maret 2011 lalu itu.
Hilal Khashan – dosen ilmu politik di Universitas Amerika di Beirut mengatakan, meskipun Suriah mungkin ingin memperluas krisis yang dihadapinya ke negara-negara tetangga, tapi menurutnya tembakan mortir di perbatasan tidak ditembakkan dengan sengaja untuk memprovokasi krisis.
“Tentara Suriah membalas terutama dengan menggunakan mortir. Mortir tidak terlalu akurat. Saya kira warga Suriah tidak berupaya memprovokasi Turki. Tidak terelakkan jika ada satu atau beberapa tembakan mengenai perbatasan Turki karena kebanyakan pertempuran terjadi di sepanjang perbatasan,” ujar Hilal Khashan.
Pasukan Suriah hari Senin terus menggempur wilayah yang dikuasai pemberontak di kota Homs yang rawan dan kota lain di seluruh negara itu, Ofensif militer Suriah tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Beberapa kawasan di luar ibukota Damaskus diserang dari darat dan udara”.
Pemberontak juga bentrok dengan pasukan pemerintah di propinsi Idlib di dekat perbatasan Turki, untuk menguasai beberapa kota dan desa.
Sewaktu pertempuran berlanjut, pimpinan kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah Abdulbaset Sieda mengatakan kepada saluran televisi Arab bahwa kelompoknya akan segera bertemu di Qatar untuk membahas berbagai usul politik.
Abdulbaset Sieda mengatakan Dewan Nasional Suriah akan mempertimbangkan semua usul yang disampaikan untuk menyatukan upaya transisi politik, dan menambahkan bahwa para pejabat yang membelot dan tidak ikut terlibat bisa ikut serta dalam pertemuan itu. Abdulbaset Sieda menambahkan bahwa siapapun “yang telah melakukan revolusi sejak dimulai tahun lalu” seharusnya memimpin transisi tersebut.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Dovutoglu hari Sabtu mengusulkan agar Wakil Presiden Farouk Al-Sharaa memimpin pemerintahan sementara.
Presiden Turki Abdullah Gul hari Senin mengatakan kepada para wartawan bahwa “skenario terburuk” sedang terjadi di Suriah dan mendesak masyarakat internasional untuk bertindak.
Militer Turki melakukan serangan balasan terhadap Suriah setelah peluru mortir terakhir dari Suriah mendarat di distrik Hacipasa 150 meter di dalam Turki– demikian menurut para pejabat Turki.
Sewaktu ketegangan antar kedua negara tetangga itu memuncak, Menteri Penerangan Suriah Omran Zahbi mengatakan Suriah tidak bertanggungjawab atas keamanan di sepanjang perbatasan.
Omran Zahbi mengatakan Turki dan bukan Suriah yang bertanggungjawab menjaga perdamaian di sepanjang perbatasan, karena Turki telah mengijinkan para pejuang untuk mendirikan pangkalan dan menyusup dalam jumlah besar ke Suriah dari berbagai titik perbatasan beberapa hari terakhir ini.
Sekjen PBB Ban Ki-Moon hari Senin memperingatkan adanya kondisi yang “sangat berbahaya” dari memuncaknya konflik di sepanjang perbatasan Suriah – Turki. Ban Ki-Moon menggarisbawahi kembali desakan solusi politik, yang katanya merupakan “satu-satunya cara” untuk menyelesaikan krisis yang berawal bulan Maret 2011 lalu itu.
Hilal Khashan – dosen ilmu politik di Universitas Amerika di Beirut mengatakan, meskipun Suriah mungkin ingin memperluas krisis yang dihadapinya ke negara-negara tetangga, tapi menurutnya tembakan mortir di perbatasan tidak ditembakkan dengan sengaja untuk memprovokasi krisis.
“Tentara Suriah membalas terutama dengan menggunakan mortir. Mortir tidak terlalu akurat. Saya kira warga Suriah tidak berupaya memprovokasi Turki. Tidak terelakkan jika ada satu atau beberapa tembakan mengenai perbatasan Turki karena kebanyakan pertempuran terjadi di sepanjang perbatasan,” ujar Hilal Khashan.
Pasukan Suriah hari Senin terus menggempur wilayah yang dikuasai pemberontak di kota Homs yang rawan dan kota lain di seluruh negara itu, Ofensif militer Suriah tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Beberapa kawasan di luar ibukota Damaskus diserang dari darat dan udara”.
Pemberontak juga bentrok dengan pasukan pemerintah di propinsi Idlib di dekat perbatasan Turki, untuk menguasai beberapa kota dan desa.
Sewaktu pertempuran berlanjut, pimpinan kelompok oposisi Dewan Nasional Suriah Abdulbaset Sieda mengatakan kepada saluran televisi Arab bahwa kelompoknya akan segera bertemu di Qatar untuk membahas berbagai usul politik.
Abdulbaset Sieda mengatakan Dewan Nasional Suriah akan mempertimbangkan semua usul yang disampaikan untuk menyatukan upaya transisi politik, dan menambahkan bahwa para pejabat yang membelot dan tidak ikut terlibat bisa ikut serta dalam pertemuan itu. Abdulbaset Sieda menambahkan bahwa siapapun “yang telah melakukan revolusi sejak dimulai tahun lalu” seharusnya memimpin transisi tersebut.
Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Dovutoglu hari Sabtu mengusulkan agar Wakil Presiden Farouk Al-Sharaa memimpin pemerintahan sementara.
Presiden Turki Abdullah Gul hari Senin mengatakan kepada para wartawan bahwa “skenario terburuk” sedang terjadi di Suriah dan mendesak masyarakat internasional untuk bertindak.