Pasar-pasar saham di Wall Street Jumat sore (31/1) anjlok tajam seiring meningkatnya kekhawatiran bahwa wabah virus corona akan mengganggu pertumbuhan ekonomi global.
Dow Jones Industrial Average terjun bebas lebih dari 600 point, sementara Standard & Poor 500 kembali terpuruk setelah sempat mengalami kenaikan dalam bulan ini.
Perusahaan-perusahaan teknologi yang banyak berbisnis dengan China, memicu kerugian di pasar.Saham maskapai-maskapai penerbangan terkoreksi negatif setelah Delta dan American Airlines menangguhkan seluruh penerbangan dari dan menuju ke negara itu.
Baru dua minggu lalu S&P 500 ditutup pada level tertinggi sepanjang masa, setelah naik sekitar 13% sejak awal Oktober lalu. Perjanjian perdagangan awal yang ditandatangani Amerika dan China awal Januari ini menjadi sumber utama ketidakpastian di pasar.
Kerentanan pasar tidak terusik, bahkan ketika hubungan Amerika dan Iran meruncing. Tetapi, kemudian datang wabah virus corona di China.
S&P 500 anjlok 58,14 point atau 1,8% menjadi 3.225. Dow Jones anjlok 603,41 point atau 2,1% menjadi 28.256. Sementara Nasdaq terkoreksi negatif 148 point atau 1,6% menjadi 9.150.
Penjualan saham American Airlines terjun bebas 3,2%. Disusul Delta Airlines dengan 2,4%. Apple, yang penjualan dan pabrik produksi pasokannya mengandalkan China, terkoreksi negatif 3,9%. Nvidia juga mengikuti jejak Apple, anjlok 3,8%.
Pasar saham di seluruh dunia khawatir akan potensi dampak ekonomi akibat wabah mematikan itu. Pasar saham Hong Kong, Hang Seng, terjun bebas 5,9% pekan ini, disusul pasar saham Korea Selatan, Kospi, yang juga terjun 5,7%. Pasar-pasar saham di Eropa juga melemah. Pasar saham Amerika, yang dengan tenang membukukan kinerja yang baik, mengalami kerugian terburuk pada Januari ini sejak tahun 2016, dan juga yang pertama sejak Agustus lalu.
Pasar saham China dibuka kembali hari Senin (27/1) setelah ditutup sejak 23 Januari karena Tahun Baru Imlek. [em/pp]