Harga minyak turun, Senin (23/7), di tengah kekhawatiran mengenai permintaan bahan bakar setelah para menteri keuangan dan gubernur bank sentral negara-negara G-20 memperingatkan kenaikan risiko pertumbuhan global seiring dengan meningkatnya ketegangan dagang dan geopolitik.
Kontrak berjangka minyak Brent turun 9 sen menjadi $72,98 per barel, sedangkan kontrak berjangka minyak AS, West Texas Intermediate (WTI) turun 13 sen menjadi $68,13.
Menteri Keuangan dan gubernur bank sentral dari 20 perekonomian terbesar di dunia mengakhiri pertemuan di Buenos Aires pada akhir pekan lalu. Mereka menyerukan peningkatan dialog untuk mencegah agar ketegangan perdagangan dan geopolitik tidak merugikan pertumbuhan ekonomi, Reuters melaporkan, Senin.
“Pertumbuhan ekonomi global tetap kuat dan pengangguran berada di level terendah dalam satu dekade,” kata para pemimpin keuangan tersebut dalam pernyataannya. “Namun, pertumbuhan baru-baru ini tidak selaras dan risiko negatif dalam jangka pendek dan menengah telah meningkat.”
Pertemuan tersebut berlangsung pada saat saling serang dalam konflik perdagangan antara AS dan China, perekonomian terbesar di dunia, memanas. Sejauh ini keduanya saling menerapkan tarif bea impor untuk sejumlah barang senilai $ 34 miliar.
Presiden Donald Trump, Jumat (20/7), bahkan mengancam akan menerapkan bea impor untuk seluruh ekspor China ke AS senilai $500 miliar, kecuali Beijing setuju melaksanakan perubahan struktural terhadap transfer teknologi, subsidi industri dan kebijakan usaha patungan (joint venture).
“Dampak perang dagang dan pengakuan bahwa Presiden Trump dan pemerintahannya serius tentang isu ini mulai disadari para pedagang dan investor di pasar minyak dan pasar keuangan,” kata Greg McKenna, kepala strategi pasar dari perusahaan pialang AxiTrader.
Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan permintaan minyak dekat korelasinya karena perekonomian yang sedang tumbuh memicu konsumsi bahan bakar minyak untuk perdagangan dan perjalanan, serta otomotif. [ft/dw]