Presiden Barack Obama mengakhiri masa jabatannya sebagai presiden ke-44 Amerika. Pria berusia 47 tahun yang menjadi presiden dengan menjanjikan harapan dan perubahan itu, meninggalkan Gedung Putih setelah delapan tahun menjabat, menyandang peringkat kesetujuan tertinggi dari semua presiden dalam sejarah moderen, dengan angka sekitar 59 persen.
Namun Obama juga meninggalkan jabatannya setelah pilihannya, Hillary Clinton, untuk menjadi penggantinya, menderita kekalahan yang mengejutkan dari Donald Trump, yang berjanji membatalkan banyak kebijakan inti Obama.
Citra presiden Amerika Serikat pertama Amerika keturunan Afrika yang berpegangan tangan dengan istri dan dua anak perempuannya, mungkin untuk selamanya mengubah persepsi Amerika 'tentang siapa yang dapat memenangkan Gedung Putih'.
"Jika ada orang di luar sana yang masih ragu bahwa Amerika adalah negara di mana segala sesuatu mungkin, yang masih bertanya-tanya apakah mimpi para pendiri kami hidup pada jaman kita, yang masih mempertanyakan kekuatan demokrasi kita, malam ini adalah jawabannya," kata Presiden Obama.
Awalnya, Obama memusatkan perhatian bagaimana menyeret Osama bin Laden ke pengadilan, karena pemimpin al-Qaida itu menghindar dari mantan Presiden George W. Bush. Pada akhir malam Minggu, 2 Mei 2011, Obama menyampaikan kepada rakyat Amerika.
"Malam ini, saya bisa melaporkan kepada rakyat Amerika dan kepada dunia bahwa Amerika telah melakukan operasi yang menewaskan Osama bin Laden, pemimpin al-Qaida, dan seorang teroris yang bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang tak bersalah, perempuan dan anak-anak," kata Presiden Obama saat itu.
Tetapi kemenangan besar itu segera diikuti oleh awal perang saudara mematikan di Suriah. Dan pada 21 Agustus 2012, Obama mengeluarkan peringatan kepada Presiden Suriah, Bashar al-Assad yang kembali menghantui pemimpin Amerika Serikat itu.
"Kita tidak bisa berada dalam situasi di mana senjata kimia atau biologi jatuh ke tangan orang yang salah. Kami telah sangat jelas menyatakan kepada rezim Assad yaitu garis merah bagi kami atau tidak dapat dibiarkan ialah apabila kami mulai melihat sejumlah besar senjata kimia bergerak berpindah tangan atau digunakan di sana."
Satu tahun kemudian, pengamat mengatakan, tentara Assad menewaskan lebih dari 1.000 orang dengan gas sarin. Sebaliknya, Amerika tidak menanggapinya dengan kekuatan. Di dalam negeri, menyusul insiden rasial, Presiden Obama berbicara tentang keadaan ras di Amerika.
Pembantaian sembilan warga Amerika keturunan Afrika di sebuah kelompok jemaat pemahaman Alkitab pada Juni 2015 memicu presiden untuk mencerminkan tentang kasih yang ditunjukkan oleh keluarga korban yang memaafkan pria bersenjata itu.
Di panggung dunia, Obama memulainya dari kebijakan masa lalu untuk menciptakan sejarah dengan Burma dan Kuba. Di Havana, ia mengulurkan tangan langsung kepada rakyat Kuba:
"Dalam banyak hal Amerika dan Kuba seperti dua bersaudara yang telah terasing selama bertahun-tahun, meskipun kita berbagi darah yang sama.
Obama mengatakan meski waktunya sebagai presiden akan berakhir, jaringan global yang diluncurkannya untuk mendorong pertumbuhan kepemimpinan di kalangan anak muda baru saja bermula. (ps/al)