Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan kepada wartawan setelah pembicaraan dengan Presiden China Xi Jinping, Kamis (16/11) bahwa kedua pemimpin telah sepakat untuk berkomunikasi secara erat dalam semua tingkatan.
Ia juga meyakinkan upaya kedua pemimpin untuk secara komprehensif mengupayakan “hubungan strategis dan saling menguntungkan” yang disepakati bersama 15 tahun lalu.
Meskipun menurut Kishida perundingan 65 menit itu bermakna, hanya ada sedikit kemajuan dalam isu-isu yang belum tuntas seperti larangan Beijing terhadap makanan laut Jepang, aktivitas maritim sepihak China di perairan sensitif termasuk penempatan bangunan tanpa izin, dan penangkapan warga negara Jepang atas tuduhan mata-mata.
Kishida mengatakan dia meminta Xi untuk mengambil langkah-langkah berdasar "bukti ilmiah" dan segera mencabut larangan China terhadap makanan laut Jepang di tengah perselisihan mengenai pembuangan ke laut air radioaktif yang sudah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima yang terkena tsunami.
Perdana Menteri Jepang juga mengatakan dia menyampaikan “keprihatinan besar” atas meningkatnya aktivitas militer China.
“Saya juga menyatakan keprihatinan serius atas meningkatnya aktivitas militer China di sekitar Jepang, termasuk kerja samanya dengan Rusia, dan menekankan bahwa perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan sangat penting bagi komunitas internasional, termasuk Jepang," kata Kishida. [ka/ab]
Forum