Pemerintah Kolombia dan kelompok pemberontak terbesar kedu di negara itu telah mengumumkan pembicaraan perdamaian pada 27 Oktober di ibukota Ekuador.
Pengumuman Senin (10/10) dari pembicaraan dengan Tentara Pembebasan Nasional yang berkekuatan 2.000 pasukan itu datang hanya beberapa hari setelah pemilih Kolombia membuat terkejut diplomat dan pemimpin dunia, dengan menolak persetujuan perdamaian yang akan mengakhiri pertikaian setengah abad antara pemerintah di Bogota dan pemberontak FARC.
Presiden Juan Manuel Santos, dalam pidatonya setelah pengumuman Senin itu berjanji bahwa perdamaian tidak akan lepas begitu saja. Ia mengatakan bahwa perdamaian itu justru akan semakin kuat dan lengkap.
Persetujuan perdamaian Santos dengan FARC itu dipuji dunia internasional tetapi dikalahkan secara tipis dalam referendum karena dianggap terlalu bermurah hati kepada pemberontak.
Meskipun kalah dalam referendum, Santos tetap dianugerahi Hadiah Nobel untuk Perdamaian minggu lalu atas upayanya mengakhiri perang di Hemisfer Barat itu.
Mantan Presiden Alvaro Uribe kini berusaha merundingkan kembali bagian dari persetujuan FARC itu yang tadinya akan menjamin kelompok pemebrontak itu punya kursi di parlemen dan kebal penuntutan dan hukuman penjara. [jm]