WASHINGTON DC —
Komite Inteljen Senat telah memutuskan untuk merilis beberapa bagian dari laporan rahasia yang mengkritik metode interogasi tersangka teror yang dilakukan CIA, setelah serangan Al Qaida di New York dan Washington tahun 2001.
Laporan Komite Inteljen Senat setebal 6.200 halaman itu mengatakan ‘waterboarding’ dan teknik interogasi lainnya yang digunakan semasa pemerintahan Presiden George Walker Bush merupakan kekejaman yang tidak perlu terjadi dan hanya mengumpulkan sedikit data inteljen yang bernilai.
Teknik interogasi ‘waterboarding’ yang dikecam itu adalah teknik mendapatkan keterangan dari seseorang dengan mengikatnya dalam posisi tidur terlentang, lalu menutup wajahnya dengan sapu tangan dan menuangkan sejumlah besar air ke wajah orang tersebut sehingga menyulitkan bernafas dan menimbulkan kesan dirinya akan tenggelam.
Ketua Komite Inteljen Senat Dianne Feinstein mengatakan ia berharap kesimpulan laporan setebal 480 halaman itu dapat dirilis kepada publik dalam waktu 30 hari.
“Saya kira hasilnya akan mengejutkan. Laporan itu memaparkan kebrutalan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kita sebagai bangsa. Hal ini meninggalkan catatan buruk pada sejarah kita dan tidak boleh dibiarkan terjadi lagi. Ini bukan nilai-nilai Amerika,” tegas Feinstein.
Hasil pemungutan suara komite tersebut menunjukkan hasil 11 banding 3, di mana ada beberapa anggota Senat dari faksi Republik yang bersama-sama mitranya dari faksi Demokrat mendukung untuk merilis kesimpulan dokumen tersebut.
Wakil Ketua Komite Inteljen Senat Saxby Chambliss yang berasal dari faksi Republik mengatakan inilah saatnya bagi Amerika untuk bergerak maju.
“Saya tidak pernah mendukung untuk membuat laporan ini. Saya kira ini membuang-buang waktu. Kita sudah memiliki laporan tentang isu ini yang dibuat oleh Komite Angkatan Bersenjata dan isu ini merupakan babak pada masa silam yang seharusnya sudah selesai,” ujar Chambliss.
Dianne Feinstein mengatakan laporan itu juga menunjukkan beberapa masalah utama tentang program interogasi dalam manajemen CIA dan interaksinya dengan Gedung Putih dan Kongres.
“Ini juga sangat merisaukan dan menunjukkan pentingnya pengawasan terhadap badan-badan inteljen di sebuah bangsa yang menjunjung demokrasi,” ungkap Feinstein.
Komite Inteljen Senat dan CIA telah saling melempar kecaman tentang laporan itu. Beberapa senator mengatakan CIA telah memata-matai tim penyelidik mereka dan menahan beberapa arsip.
CIA mengatakan beberapa staf Senat tidak memiliki akses yang sah pada beberapa arsip, dan laporan itu tidak dilengkapi wawancara dengan pejabat-pejabat tinggi badan tersebut.
Menurut pakar HAM Jeffrey Bachman di American University, pengungkapan informasi itu bisa mendorong transparansi dalam komunitas badan inteljen Amerika itu. Ia menambahkan para pejabat akan berupaya menghindari rasa malu.
Bachman mengatakan, “Saya kira hal ini akan memunculkan pertanyaan soal pelanggaran terang-terangan hukum HAM internasional dan kemungkinan hukum perang, dan saya kira ini akan benar-benar mendorong sikap menahan diri yang lebih besar bukan dari segi praktek inteljen tetapi penyebaran informasi pada masa depan”.
Presiden Barack Obama mengatakan ia mendukung pengungkapan kesimpulan tersebut. Beberapa pejabat mengatakan Obama akan memerintahkan komunitas inteljen untuk bekerjasama secara penuh.
Laporan Komite Inteljen Senat setebal 6.200 halaman itu mengatakan ‘waterboarding’ dan teknik interogasi lainnya yang digunakan semasa pemerintahan Presiden George Walker Bush merupakan kekejaman yang tidak perlu terjadi dan hanya mengumpulkan sedikit data inteljen yang bernilai.
Teknik interogasi ‘waterboarding’ yang dikecam itu adalah teknik mendapatkan keterangan dari seseorang dengan mengikatnya dalam posisi tidur terlentang, lalu menutup wajahnya dengan sapu tangan dan menuangkan sejumlah besar air ke wajah orang tersebut sehingga menyulitkan bernafas dan menimbulkan kesan dirinya akan tenggelam.
Ketua Komite Inteljen Senat Dianne Feinstein mengatakan ia berharap kesimpulan laporan setebal 480 halaman itu dapat dirilis kepada publik dalam waktu 30 hari.
“Saya kira hasilnya akan mengejutkan. Laporan itu memaparkan kebrutalan yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai kita sebagai bangsa. Hal ini meninggalkan catatan buruk pada sejarah kita dan tidak boleh dibiarkan terjadi lagi. Ini bukan nilai-nilai Amerika,” tegas Feinstein.
Hasil pemungutan suara komite tersebut menunjukkan hasil 11 banding 3, di mana ada beberapa anggota Senat dari faksi Republik yang bersama-sama mitranya dari faksi Demokrat mendukung untuk merilis kesimpulan dokumen tersebut.
Wakil Ketua Komite Inteljen Senat Saxby Chambliss yang berasal dari faksi Republik mengatakan inilah saatnya bagi Amerika untuk bergerak maju.
“Saya tidak pernah mendukung untuk membuat laporan ini. Saya kira ini membuang-buang waktu. Kita sudah memiliki laporan tentang isu ini yang dibuat oleh Komite Angkatan Bersenjata dan isu ini merupakan babak pada masa silam yang seharusnya sudah selesai,” ujar Chambliss.
Dianne Feinstein mengatakan laporan itu juga menunjukkan beberapa masalah utama tentang program interogasi dalam manajemen CIA dan interaksinya dengan Gedung Putih dan Kongres.
“Ini juga sangat merisaukan dan menunjukkan pentingnya pengawasan terhadap badan-badan inteljen di sebuah bangsa yang menjunjung demokrasi,” ungkap Feinstein.
Komite Inteljen Senat dan CIA telah saling melempar kecaman tentang laporan itu. Beberapa senator mengatakan CIA telah memata-matai tim penyelidik mereka dan menahan beberapa arsip.
CIA mengatakan beberapa staf Senat tidak memiliki akses yang sah pada beberapa arsip, dan laporan itu tidak dilengkapi wawancara dengan pejabat-pejabat tinggi badan tersebut.
Menurut pakar HAM Jeffrey Bachman di American University, pengungkapan informasi itu bisa mendorong transparansi dalam komunitas badan inteljen Amerika itu. Ia menambahkan para pejabat akan berupaya menghindari rasa malu.
Bachman mengatakan, “Saya kira hal ini akan memunculkan pertanyaan soal pelanggaran terang-terangan hukum HAM internasional dan kemungkinan hukum perang, dan saya kira ini akan benar-benar mendorong sikap menahan diri yang lebih besar bukan dari segi praktek inteljen tetapi penyebaran informasi pada masa depan”.
Presiden Barack Obama mengatakan ia mendukung pengungkapan kesimpulan tersebut. Beberapa pejabat mengatakan Obama akan memerintahkan komunitas inteljen untuk bekerjasama secara penuh.