Ketua Komisi Nasional (Komnas) Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) Hindra Irawan Satari menegaskan bahwa sampai detik ini, tidak ada kematian yang diakibatkan oleh pemberian vaksin COVID-19 dengan merk AstraZeneca di Indonesia. Ia memastikan semua vaksin COVID-19 yang digunakan dalam program vaksinasi massal di Tanah Air aman, karena telah melewati uji klinis fase I hingga III dan sudah memperoleh rekomendasi dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Terkait dengan dugaan adanya efek samping serius berupa kematian akibat vaksin AstraZeneca, pihaknya telah meminta Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) untuk melakukan pengujian toksisitas dan sterilitas vaksin AstraZeneca dengan nomor produksi atau batch CTMAV547, yang sampai saat ini masih diproses. Namun, ia cukup meyakini bahwa kasus KIPI ini tidak berkaitan dengan vaksin buatan Inggris tersebut.
“Kita harus menentukan dua sebab untuk menyatakan bahwa (efek samping serius) ini terkait imunisasi. Nomor satu, masa arbitan yakni mulainya diberi vaksin sampai terjadi (KIPI), kemudian adanya penyakit lain. Dari yang data yang ditemukan sebetulnya kelihatan terlalu cepat, dan kemudian kita tidak tahu ada penyakit lain atau tidak, " ujar Hindra dalam sebuah diskusi di Jakarta, Selasa (25/5).
"Nah, untuk itu diperlukan tindakan lebih lanjut. Dari situ barangkali kita ketahui bahwa itu terkait atau tidak terkait dengan imunisasi. Kalau dari kasus yang lain, kami kebetulan mendapatkan data karena pasiennya dirawat. Ada medical record, ada pemeriksaan laboratorium sehingga dapat disimpulkan oleh penyebab lain. Jadi tidak terkait dengan imunisasi AstraZeneca,” imbuhnya.
Hindra juga mengklaim bahwa vaksin AstraZeneca cukup aman disuntikan kepada kelompok lanjut usia (lansia). Hal ini terbukti dengan rendahnya efek samping seperti yang terjadi di Inggris dan Korea.
Maka dari itu, ia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak ragu melakukan vaksinasi COVID-19, karena sudah terbukti di banyak negara berhasil menurunkan angka kematian dan angka kesakitan yang berat akibat terpapar virus Corona.
“Sekarang sudah dilakukan lebih kepada satu miliar orang barangkali di dunia ini, dan ada contohnya, ilustrasi, serta datanya bahwa negara yang melaksanakan program imunisasi ini jelas angka penurunan kesakitan, penurunan kematian. Jadi lebih baik divaksinasi daripada tidak divaksinasi. Lalu pertanyaannya mana vaksinasi yang paling baik? Vaksinasi yang tersedia pada waktu akan divaksinasi. Itu vaksin yang terbaik. Jangan menunda,” paparnya.
Tindakan Preventif
Lebih lanjut, Hindra menjelaskan jika memang ada masyarakat yang merasakan efek samping yang cukup serius usai menerima vaksin AstraZeneca atau vaksin COVID-19 lainnya, ia menganjurkan untuk segera menghubungi nomor dokter yang tertera di kartu vaksinasi. Jika tidak bisa dihubungi, ia sarankan untuk segera mendatangi fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan.
Ia pun menekankan KIPI merupakan reaksi ilmiah yang akan dirasakan seseorang setelah tubuhnya dimasuki benda asing. Reaksi KIPI ini, kata Hindra, juga merupakan indikator bahwa vaksin tersebut berkhasiat bagi tubuh yang menerima vaksinasi. Namun, mayoritas efek samping yang terjadi pasca dilakukan vaksinasi COVID-19 termasuk kategori ringan.
Menurutnya, seringkali efek samping dari vaksinasi tersebut tidak selamanya berkaitan langsung dengan vaksin itu sendiri. Namun bisa berhubungan dengan kondisi psikologis seseorang yang akan menerima suntikan vaksinasi.
“Jadi persiapan menghadapi penyuntikan pun harus matang. Artinya kalau dikatakan harus cukup tidur, sarapan sebetulnya itu kegiatan rutin, bukan hanya (mau) vaksinasi kan harus demikian. Jadi kegiatan itu harus kita lakukan sama dengan kegiatan yang sehari-hari kita lakukan, dan harus pede, harus pasrah dan harus siap karena sebetulnya ini merupakan reaksi yang biasa sehingga kita terhindar dari kecemasan. Itu yang dapat memicu KIPI,” tuturnya.
Masyarakat Diimbau Jujur Terkait Riwayat Kesehatan
Dalam kesempatan yang sama Ketua Komisi Daerah (Komda) PP KIPI DKI Jakarta, Ellen Sianipar mengungkapkan kematian yang diduga akibat pemberian vaksin AstraZeneca beberapa waktu lalu di Ibu Kota ini masih diselidiki. Ia mengakui memang ada beberapa efek samping yang serius setelah dilakukan vaksinasi, namun setelah diselidiki lebih lanjut sama sekali tidak berkaitan dengan pemberian vaksin COVID-19.
“Untuk kejadian KIPI serius ada tetapi memang kalau kita lihat dan sudah kita kaji, beberapa memang dilakukan perawatan itu kejadiannya agak banyak coincidence. Jadi sebetulnya tidak berhubungan dengan vaksin. Tetapi oleh penyakit lain yang sudah diderita, atau kemudian misalnya terkena COVID-nya sendiri. Sampai sekarang yang berhubungan langsung dengan vaksin tidak ada,” ungkap Ellen
Ia menegaskan, efek samping akibat penyuntikan vaksin COVID-19 dengan merek apapun akan ditanggapi dengan sigap. Investigasi akan dilakukan berkaitan dengan rekam medis seseorang yang merasakan KIPI tersebut.
“Sebetulnya bukan hanya vaksin AstraZeneca saja, setiap ada KIPI itu akan kita lakukan investigasi. Kita kemudian mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan kalau dirawat, dengan hasil laboratorium, dengan hasil rontgen dan semuanya kita kumpulkan kemudian kita kaji bersama,” jelasnya.
Menurutnya, salah satu pemicu KIPI serius adalah masyarakat seringkali tidak jujur kepada dokter terkait dengan riwayat kesehatan yang dimilikinya. Padahal, ujar Ellen, rekam medis seseorang penting untuk diketahui sebelum dilakukannya vaksinasi COVID-19.
“Kadang-kadang didapatkan pasien tidak terbuka atau ada yang menyembunyikan karena memang merasa dirinya ingin segera mendapatkan vaksinasi. Jadi beberapa kadang-kadang tidak dikatakan. Seperti misalnya dia sudah mulai pusing sejak kemarin, tetapi ketika ditanya dia tidak mengatakan apa-apa, waktu ditensi juga baik lalu divaksinasi. Itu yang diharapkan masyarakat lebih terbuka atau lebih jujur untuk mengatakan. Untuk yang memiliki komorbid jika agak ragu-ragu, lebih baik minta diperiksa oleh dokter yang merawat atau dokter yang biasa dia datangi untuk kontrol, untuk mengetahui bisa dilakukan vaksinasi atau tidak,” pungkasnya.
Sebelumnya, diketahui seorang pemuda berusia 22 tahun bernama Trio Fauqi Virdaus meninggal dunia sehari setelah menerima vaksin COVID-19 AstraZeneca. Trio yang tinggal di Buaran, Jakarta Timur ini menerima suntikan dosis kedua vaksin pada 5 Mei lalu, di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat. Untuk mengetahui penyebab pasti kematian, jenazah Trio akhirnya dilakukan otopsi. Pihak Komnas KIPI dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta telah melakukan pembongkaran makam Trio pada Senin (24/5) pagi. Jenazah Trio pun akan diotopsi di RSCM, Jakarta Pusat, dan sampai saat ini masih dalam proses otopsi. [gi/ab]