Salah satu hasil jajak pendapat belakangan ini menunjukkan 18 persen keluarga Amerika menghadapi PHK atau pengurangan jam kerja pada pencuri nafkah utama mereka. Para ekonomi memperkirakan semakin banyak orang kehilangan pekerjaan mereka dalam beberapa pekan atau bulan mendatang.
Inilah saatnya sejumlah komunitas atau organisasi turun tangan membantu kelompok yang paling rentan untuk mendapatkan kebutuhan pokok mereka.
Komunitas Muslim Arizona termasuk di antara banyak kelompok yang bersama-sama membantu tetangga mereka yang membutuhkan pertolongan. Mulai dari menyelenggarakan dapur umum untuk masyarakat, hingga mengirim barang-barang belanjaan untuk mereka yang tidak bisa keluar rumah maupun kaum launsia.
Masud Rahman dari 'Muslim Outreach and Volunteer Enterprise' (MOVE), yang ditemui tim TV ABC 15, mengatakan, banyak orang yang mendatangi dapur umum yang diselenggarakan kelompoknya di berbagai lokasi di kawasan Phoenix, Arizona.
“Siapapun yang mendatangi pintu kami, kami tidak pernah menolak siapapun," kata Rahman.
Ia menambahkan bahwa sebagian besar orang yang dilayani MOVE berasal dari keluarga berpenghasilan rendah, dari berbagai ras. MOVE juga bahkan membantu sejumlah pengungsi yang dimukimkan di kawasan tersebut.
MOVE mengemas paket-paket makanan bagi mereka yang membutuhkan. Mulai dari pasta, gula, tepung terigu, minyak goreng, produk-produk sanitasi pribadi, peralatan mandi, bahkan popok bayi. Para sukarelawan kelompok ini mengemas paket itu sesuai dengan kebutuhan individu pada masing-masing keluarga.
Selama beberapa pekan, mereka sempat kesulitan menemukan pasokan untuk mengisi rak-rak di dapur umum mereka, karena toko-toko juga mulai kehabisan begitu banyak jenis barang. Mereka mengakalinya dengan membagi rata apa yang tersedia bagi setiap keluarga. Tisu kamar mandi yang sempat menjadi langka di toko misalnya, diberikan bukan dalam satu pak penuh, melainkan beberapa gulung saja per keluarga.
Kelompok lain yang juga berbelanja untuk kaum yang membutuhkan adalah 'Arizona Muslim Alliance'. Para sukarelawan kelompok ini menerima daftar belanjaan dari kaum lansia, penyandang disabilitas, dan orang-orang dewasa yang tidak dapat meninggalkan rumah. Para sukarelawan kemudian pergi berbelanja untuk mereka, melalui program Community Grocery Service, atau Layanan Berbelanja Komunitas.
Ahmed Abouhussein, seorang mahasiwa S-3 di Arizona State University, termasuk salah seorang sukarelawan Aliansi ini. Ia ditemui tim TV ABC 15 sedang berbelanja bagi seorang lansia.
“Kita semua menghadapi ini bersama-sama, kita semua adalah satu komunitas," kata Abouhussein.
Para sukarelawan mengatakan, meskipun mereka berada dalam masa yang tidak menentu dan penuh tantangan, pandemi virus corona telah membangkitkan perasaan kemanusiaan dan tindak kebaikan di tengah masyarakat.
Ashraf Abdelwly, salah seorang sukarelawan MOVE, mengemukakan hal serupa.
“Ini menyentuh hati kita semua. Ini membawa kita kembali ke kebutuhan paling dasar. Bukan mobil mewah, bukan rumah mewah, ini adalah makanan," katanya.
"Seluruh kegiatan kami adalah, sebagaimana disabdakan Nabi, untuk menyebarluaskan perdamaian dan memberi makan mereka yang kelaparan," tambah Rahman dari MOVE.
Di negara bagian lainnya, Pennsylvania, komunitas-komunitas Muslim bergandeng tangan untuk memberikan berbagai layanan. Bukan hanya menyediakan food bank atau bank bahan makanan, jasa berbelanja atau mengirimkan makanan, obat-obatan dan kebutuhan lainnya, mereka juga memberi layanan konseling bagi warga yang terdampak pandemi COVID-19.
'Muslims of Central Pennsylvania', misalnya, menyediakan layanan konseling dalam bahasa Arab, Urdu dan Inggris.
Samia Malik yang mengorganisir para konselor menegaskan bahwa warga Muslim merupakan bagian tak terpisahkan dari komunitas di sana, yang perlu saling menyayangi dan mengurusi satu sama lain, tanpa memedulikan perbedaan dalam warna kulit, bahasa ibu, bahkan keyakinan mereka.
“Bersama kita menjadi lebih kuat,” tegas Malik mengacu pada ajaran Islam serta apa yang diyakini juga oleh agama-agama lainnya. [uh/ab]