Ajakan sholat Maghrib berkumandang bukan hanya di masjid atau pusat-pusat Islam di Amerika Serikat, melainkan di Pentagon, Markas Besar Departemen Pertahanan dan Militer Amerika.
Akhir pekan lalu (12/7), Komunitas Muslim Pentagon, perkumpulan orang-orang beragama Islam di bawah Departemen Pertahanan Amerika, kembali mengadakan ifthar atau acara buka puasa bersama.
Ramadan tahun ini datang ketika situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara sedang bergejolak, dan Amerika baru saja diguncang dua ledakan bom dalam maraton Boston.
Ketika dimintai tanggapan mengenai hal itu, Andre Carson, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang beragama Islam, dan hadir dalam acara itu mengatakan, jika ingin melihat perdamaian di Timur Tengah, jika kita ingin melihat perbaikan di Afrika dan di Amerika, kita harus duduk semeja dengan orang-orang yang mungkin berseberangan dengan kita.
“Kita harus duduk semeja dengan mereka yang tampak berbeda dari kita, orang-orang yang mungkin punya pandangan ideologi dan agama berbeda, dan melakukan apa yang terbaik bagi umat manusia karena itulah yang disampaikan Allah kepada kita dalam Quran,” ujarnya.
Keith Ellison, Muslim pertama yang menjadi anggota DPR Amerika dan menjadi pembicara utama pada acara malam itu, mengatakan salah satu inti ajaran Islam adalah bahwa hal-hal yang kita kejar, kita sembah, dan mati-matian hendak kita raih, kita puja, bisa menjadi bentuk ibadah.
Tetapi, kata Ellison, ada hal yang patut kita lakukan yaitu berbuat baik sesuai kemampuan, yaitu menemani orang berusia lanjut yang tinggal sendirian, misalnya, atau memberi les matematika gratis, dan berbagai bentuk lain yang akan mengalihkan kita dari hanya mengejar hal-hal yang tidak perlu.
“Pelayanan pada orang lain itu menular. Kebaikan punya cara mengubah orang lain untuk membantu orang lain berbuat sama, berbuat baik bagi orang lain,” ujarnya.
Ellison berhara selama Ramadan umat Islam tidak hanya lebih giat membaca Quran dan memperbanyak shalat, tetapi juga menggunakan kesempatan ini untuk berbuat baik kepada ciptaan Tuhan.
Diperkirakan 1 persen tentara Amerika beragama Islam dengan latar belakang beragam. Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih banyak, antara 10 ribu hingga 15 ribu, karena tidak semua tentara secara terbuka mengungkap agama mereka.
Acara tahunan itu dihadiri lebih dari 200 orang, umumnya anggota militer yang masih aktif maupun sudah pensiun, bersama keluarga mereka. Hadir sejumlah atase pertahanan negara-negara Islam seperti Bahrain.
Acara buka puasa diisi pembacaan ayat-ayat suci Quran oleh Talib Shareef, purnawirawan angkatan udara yang kini menjadi Imam Masjid Muhammad di Washington, DC; dan oleh Adriel Locke, 9, anak salah seorang karyawan Muslim di Departemen Pertahanan Amerika.
America’s Islamic Heritage Museum memeriahkan acara dengan pameran keterlibatan Muslim semasa awal-awal keberadaan Amerika dan keterlibatan tentara Muslim Amerika dalam membela negara.
Antara lain diperlihatkan kepedulian presiden-presiden Amerika terhadap Muslim, baik di Amerika maupun negara lain. Museum tersebut juga memberi Quran serta buku mengenai Ramadan dan Islam di Amerika, kepada para hadirin.
Akhir pekan lalu (12/7), Komunitas Muslim Pentagon, perkumpulan orang-orang beragama Islam di bawah Departemen Pertahanan Amerika, kembali mengadakan ifthar atau acara buka puasa bersama.
Ramadan tahun ini datang ketika situasi di Timur Tengah dan Afrika Utara sedang bergejolak, dan Amerika baru saja diguncang dua ledakan bom dalam maraton Boston.
Ketika dimintai tanggapan mengenai hal itu, Andre Carson, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang beragama Islam, dan hadir dalam acara itu mengatakan, jika ingin melihat perdamaian di Timur Tengah, jika kita ingin melihat perbaikan di Afrika dan di Amerika, kita harus duduk semeja dengan orang-orang yang mungkin berseberangan dengan kita.
“Kita harus duduk semeja dengan mereka yang tampak berbeda dari kita, orang-orang yang mungkin punya pandangan ideologi dan agama berbeda, dan melakukan apa yang terbaik bagi umat manusia karena itulah yang disampaikan Allah kepada kita dalam Quran,” ujarnya.
Keith Ellison, Muslim pertama yang menjadi anggota DPR Amerika dan menjadi pembicara utama pada acara malam itu, mengatakan salah satu inti ajaran Islam adalah bahwa hal-hal yang kita kejar, kita sembah, dan mati-matian hendak kita raih, kita puja, bisa menjadi bentuk ibadah.
Tetapi, kata Ellison, ada hal yang patut kita lakukan yaitu berbuat baik sesuai kemampuan, yaitu menemani orang berusia lanjut yang tinggal sendirian, misalnya, atau memberi les matematika gratis, dan berbagai bentuk lain yang akan mengalihkan kita dari hanya mengejar hal-hal yang tidak perlu.
“Pelayanan pada orang lain itu menular. Kebaikan punya cara mengubah orang lain untuk membantu orang lain berbuat sama, berbuat baik bagi orang lain,” ujarnya.
Ellison berhara selama Ramadan umat Islam tidak hanya lebih giat membaca Quran dan memperbanyak shalat, tetapi juga menggunakan kesempatan ini untuk berbuat baik kepada ciptaan Tuhan.
Diperkirakan 1 persen tentara Amerika beragama Islam dengan latar belakang beragam. Jumlah sebenarnya diyakini jauh lebih banyak, antara 10 ribu hingga 15 ribu, karena tidak semua tentara secara terbuka mengungkap agama mereka.
Acara tahunan itu dihadiri lebih dari 200 orang, umumnya anggota militer yang masih aktif maupun sudah pensiun, bersama keluarga mereka. Hadir sejumlah atase pertahanan negara-negara Islam seperti Bahrain.
Acara buka puasa diisi pembacaan ayat-ayat suci Quran oleh Talib Shareef, purnawirawan angkatan udara yang kini menjadi Imam Masjid Muhammad di Washington, DC; dan oleh Adriel Locke, 9, anak salah seorang karyawan Muslim di Departemen Pertahanan Amerika.
America’s Islamic Heritage Museum memeriahkan acara dengan pameran keterlibatan Muslim semasa awal-awal keberadaan Amerika dan keterlibatan tentara Muslim Amerika dalam membela negara.
Antara lain diperlihatkan kepedulian presiden-presiden Amerika terhadap Muslim, baik di Amerika maupun negara lain. Museum tersebut juga memberi Quran serta buku mengenai Ramadan dan Islam di Amerika, kepada para hadirin.