Tautan-tautan Akses

Kondisi Ekonomi Sulit, Warga Palestina di Tepi Barat Tak Mampu Beli Hewan Kurban


Sejumlah warga Palestina membeli domba di sebuah pasar di Nablus, Tepi Barat, pada 13 Juni 2024, menjelang bagian dari perayaan Iduladha. (Foto: AP/Majdi Mohammed)
Sejumlah warga Palestina membeli domba di sebuah pasar di Nablus, Tepi Barat, pada 13 Juni 2024, menjelang bagian dari perayaan Iduladha. (Foto: AP/Majdi Mohammed)

Sejumlah warga Palestina di wilayah Tepi Barat yang diduduki tampak berjejalan di pasar yang menjual hewan kurban, di mana mereka terlibat tawar menawar dengan dengan para penjual untuk membeli domba dalam rangka perayaan Iduladha.

Namun tahun ini terdapat satu perbedaan mencolok. Jumlah hewan kurban yang diperjualbelikan menurun drastis dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, menurut para pedagang.

"Kondisinya sulit dan melelahkan bagi semuanya," ujar salah satu pedagang Emad Abu Nasir, yang mengatakan banyak calon pembeli yang tak mampu membeli hewan kurban dengan harga yang ditawarkan. "Seperti yang Anda lihat, orang-orang tidak mempunyai banyak uang," tambahnya.

Kondisi ekonomi yang sulit di Tepi Barat telah mengurangi daya beli para warga, menurut Kementerian Ekonomi Palestina. Banyak pekerja, yang sebelumnya bekerja di Israel, telah dipecat dari pekerjaannya, dan kondisi tersebut memperburuk situasi yang telah berlangsung.

Kesulitan ekonomi juga dialami oleh Otoritas Palestina, di mana para pegawai di kantor pemerintahan tidak mendapatkan gaji penuh dalam beberapa bulan terakhir.

Sejumlah faktor, termasuk PHK, gaji yang belum dibayarkan, dan kenaikan harga pakan ternak akibat perang di Ukraina, telah mempersulit warga Palestina untuk membeli hewan kurban, ungkap Kementerian Pertanian Palestina.

Harga seekor domba di pasaran saat ini telah naik dari kisaran 1.800-2.100 shekel (atau sekitar US$487-568) menjadi 2.500-4.000 shekel, ungkap para pedagang di Nablus, Tepi Barat.

"Siapa yang mampu membeli domba seharga 3.300 shekel?" tanya seorang pedagang bernama Abu Adam.

Wilayah Tepi Barat, yang menjadi tempat tinggal dari 2,8 juta warga Palestina dan 670.000 pemukim asal Israel, berada di bawah pendudukan Israel dengan Otoritas Palestina hanya memiliki sedikit kuasa.

Sejak Hamas, yang mengontrol wilayah Gaza, menyerang Israel pada 7 Oktober lalu, Israel telah melarang warga Palestina yang berasal dari Tepi Barat untuk bekerja.

"Di Gaza, mereka berperang dan di sini [di Tepi Barat] ada perang ekonomi," ujar Abu Ibraheem Al-Jaram, seorang warga di Hebron, Tepi Barat.

Kementerian Keuangan Palestina mengatakan Israel menyimpan sekitar 6 miliar shekel (US$1.61 miliar) dalam bentuk hasil pajak yang seharusnya diserahkan kepada mereka. Kondisi tersebut dan juga berkurangnya jumlah dana dari para donor, membuat kehidupan warga Palestina semakin sulit. [rs]

Forum

XS
SM
MD
LG