Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di Glasgow, Skotlandia, Inggris, secara resmi dibuka pada Minggu (31/10). Pembukaan itu digelar sehari sebelum para pemimpin dari seluruh dunia berkumpul di kota terbesar di Skotlandia untuk memaparkan visi mereka dalam mengatasi tantangan global bersama.
Pertemuan para negosiator dari hampir 200 negara itu berupaya untuk mencarikan solusi untuk masalah yang masih menggantung sejak kesepakatan iklim Paris 2015 dicetuskan. KTT tersebut berusaha menggiatkan usaha mereka untuk mempertahankan agar suhu global tidak naik melebihi 1,5 derajat Celcius (2,7 Fahrenheit) dalam abad ini dibandingkan dengan masa pra-industri.
Para ilmuwan mengatakan peluang untuk mencapai tujuan itu, yang disepakati di Ibu Kota Prancis enam tahun lalu perlahan-lahan memudar.
Planet Bumi menghangat melebihi 1,1 derajat Celsius. Proyeksi saat ini berdasarkan pengurangan emisi yang direncanakan selama dekade berikutnya akan mencapai 2,7 derajat Celsius pada 2100.
Dalam pidato pembukaannya, Presiden KTT COP26 Alok Sharma mengungkapkan keyakinannya bahwa "sistem internasional ini dapat menghasilkan" sejumlah negosiasi yang perlu untuk mencapai sasarannya.
Keyakinan sama juga diungkapkan Carolina Schmidt, Presiden KTT COP25.
“Saya optimis. Proses multilateral tidak mudah, juga tidak cepat, tetapi kesepakatan itu sangat penting. Keberhasilan bukan terletak pada perpecahan kita," kata Schmidt.
Hari pembukaan pembicaraan direncanakan akan fokus pada masalah prosedural. Satu kekhawatiran besar adalah tidak semua delegasi dapat bertemu secara langsung, karena kapasitas tempat dan ruangan terbatas karena masalah COVID. [mg/jm]