Rencana AS untuk membuka sebuah konsulat di Sahara Barat menandai titik penting bagi wilayah yang disengketakan dan dijaga ketat di Afrika Utara itu.
Langkah AS itu mengakui otoritas Maroko atas wilayah tersebut. Sebagai gantinya, Maroko telah menormalisasi hubungan dengan Israel.
Para pejabat AS dan Maroko menghadiri sebuah upacara pada Minggu (10/1) yang menguraikan kerangka kerja bagi pendirian sebuah konsulat AS di Dakhla.
Pergeseran kebijakan luar negeri AS itu membuat frustasi warga pribumi Sahara Barat (Sahrawi) yang memperjuangkan kemerdekaan Sahara Barat.
Namun, pihak lain melihat masa depan AS itu sebagai dorongan terhadap perdagangan dan pariwisata di kota-kota pinggir pantai seperti Dakhla, dimana pelabuhan perikanan merupakan mata pencaharian utama warga setempat. [vm/pp]