Konvoi yang terdiri dari tiga kapal yang bawa muatan 400 ton bantuan makanan dan bahan-bahan lainnya untuk Gaza meninggalkan pelabuhan di Siprus di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai kelaparan di wilayah tersebut.
Badan amal World Central Kitchen mengatakan kapal-kapal dan sebuah tongkang membawa muatan yang cukup untuk menyiapkan lebih dari 1 juta makanan dari bahan-bahan seperti nasi, pasta, tepung, kacang-kacangan, sayuran kaleng, dan protein. Di dalam kapal juga terdapat kurma, yang secara tradisional dimakan untuk berbuka puasa setiap hari selama bulan suci Ramadan.
Tidak jelas kapan kapal-kapal tersebut akan tiba di Gaza. Kapal pertama awal bulan ini mengirimkan 200 ton makanan, air dan bantuan lainnya.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan para mitranya telah memperingatkan bahwa kelaparan dapat terjadi di wilayah Gaza utara yang hancur dan sebagian besar terisolasi pada awal bulan ini. Para pejabat kemanusiaan mengatakan pengiriman melalui laut dan udara tidak cukup dan Israel harus mengizinkan lebih banyak bantuan melalui jalan darat.
Pengadilan tinggi PBB telah memerintahkan Israel untuk membuka lebih banyak jalur penyeberangan darat dan mengambil langkah-langkah lain untuk mengatasi krisis ini.
Bantuan juga dikirimkan ke Gaza melalui udara oleh militer Amerika Serikat (AS). Dalam penerjunan udara pada Jumat (29/3), militer AS mendistribusikan lebih dari 100.000 pon bantuan pada hari itu dan hampir 1 juta pon secara keseluruhan, sebagai bagian dari upaya multi-negara.
Sumber: Perundingan Gencatan Senjata akan Dimulai
Sementara itu, TV Al Qahera yang dikelola pemerintah Mesir mengatakan perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas akan dilanjutkan pada Minggu (31/3). Al Qahera mengutip sumber keamanan Mesir yang tidak disebutkan namanya. Namun, saluran tersebut memiliki hubungan dekat dengan badan intelijen Mesir.
Perang yang dimulai setelah para militan pimpinan Hamas menyerbu Israel pada 7 Oktober, baru berhasil mencapai satu kali gencatan senjata yang berlangsung selama seminggu. Dalam serangan pada 7 Oktober itu, Hamas juga melancarkan serangan teror yang menewaskan 1.200 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 250 lainnya.
Pada Sabtu, sejumlah warga Israel kembali berunjuk rasa untuk menunjukkan rasa frustrasi terhadap pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan mendesaknya untuk mengundurkan diri.
Perang yang sudah berlangsung hampir enam bulan telah menghancurkan infrastruktur penting di Gaza ,termasuk rumah sakit, sekolah dan rumah serta jalan, sistem pembuangan limbah dan jaringan listrik. Menurut PBB dan sejumlah lembaga bantuan internasional, lebih dari 80 persen penduduk Gaza yang berjumlah 2,3 juta jiwa telah mengungsi.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 32.705 warga Palestina telah terbunuh, dengan 82 jenazah dibawa ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir. Kementerian Kesehatan tidak membedakan jumlah korban jiwa antara warga sipil dan kombatan, tetapi mengatakan sebagian besar korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.
Israel mengatakan lebih dari sepertiga korban tewas adalah militan, meskipun mereka belum memberikan bukti yang mendukung hal tersebut, dan menyalahkan Hamas atas korban sipil karena kelompok tersebut beroperasi di daerah pemukiman. [ft/ah]