Badan Nasional Penanggulangan Bencana BNPB mengatakan hingga Kamis malam (2/1), korban meninggal sudah mencapai 30 orang, sebagian besar karena terseret arus banjir. Korban terbanyak berasal dari Kabupaten Bogor yaitu 11 orang, Jakarta Timur 7 orang, Kota Bekasi dan Kota Depok masing-masing 3 orang, juga Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Kabupaten Bekasi, Kota Bogor dan Kota Tangerang masing-masing 1 orang. Selain karena terseret arus banjir, sebagian korban meninggal karena tertimbun tanah longsor, tersengat listrik dan hipotermia.
Derasnya air yang memasuki permukiman warga memaksa sekitar 62.453 orang mengungsi di 308 titik pengungsian, yang tersebar di 49 kelurahan dan 34 kecamatan di DKI Jakarta.
Kepala BNPB Serukan Ketegasan Pemimpin Daerah
Mengingat cuaca ekstrem masih akan terus terjadi hingga pertengahan Februari nanti, Kepala BNPB Doni Monardo menyerukan kepada para pemimpin daerah untuk bersikap tegas mengutamakan keselamatan warga dengan mendesak mereka untuk mengungsi ke tempat yang lebih aman, jika perlu. “Sangat diharapkan ketegasan para pemimpin daerah untuk mengingatkan masyarakat. Harta penting, tetapi nyawa lebih penting,” ujar Doni, menyikapi masih banyaknya warga yang memilih tinggal dan bertahan di rumah mereka untuk menjaga rumah dan harta benda, dibanding mengungsi, meskipun terendam banjir.
BMKG: Hujan Ekstrem Masih Akan Terjadi 5-10 Januari
Menurut Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG Dwikorita Karnawati, aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat Pulau Sumatera akan mulai menyelimuti sebagian daerah antara tanggal 5 – 10 Januari, meningkatkan intensitas curah hujan menjadi semakin ekstrem. Ditambahkannya, hujan ekstrem diperkirakan akan terjadi di Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Lampung, hingga ke Pulau Jawa.
Aliran udara basah ini kemudian akan bergerak ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara antara tanggal 10 – 15 Januari.
Fenomena ini akan kembali meningkatkan intensitas curah hujan pada akhir Januari sampai awal Februari, dan terulang lagi pada pertengahan Februari. “Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya,” tegas Dwikorita. (em/pp)