Jumlah anak-anak yang tewas dalam kebakaran di asrama sekolah di Kenya tengah sudah bertambah menjadi 21 orang, kata juru bicara pemerintah, Sabtu (7/9)
Para pejabat mulai mengeluarkan jenazah anak-anak tersebut ketika mereka mencoba mencari tahu keberadaan puluhan anak laki-laki yang masih hilang.
Para jurnalis diarahkan untuk menunggu di luar kompleks Sekolah Dasar Hillside Endarasha ketika sebuah tim yang terdiri dari ahli patologi pemerintah dan petugas pemakaman dari rumah sakit Provinsi Nyeri menyiapkan meja di luar asrama pada Sabtu.
Kebakaran pada Kamis (5/9) malam menghanguskan sebuah asrama yang menampung 156 anak laki-laki berusia 10 hingga 14 tahun. Lebih dari 100 anak laki-laki telah diketahui nasibnya dan pemerintah mendesak orang tua dan orang-orang yang tinggal di dekat sekolah swasta tersebut untuk membantu mencari keberadaan semua anak laki-laki tersebut.
Juru bicara pemerintah Isaac Mwaura mengimbau agar masyarakat bersabar saat sejumlah lembaga pemerintah menyisir lokasi kejadian untuk memastikan jumlah korban tewas dan penyebab kebakaran. Polisi masih menyelidikinya penyebab kebakaran itu.
Mwaura mengatakan bahwa sejumlah jenazah anak-anak itu terbakar hingga tidak dapat dikenali lagi dan lembaga-lembaga akan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengidentifikasi para korban.
“Angka-angka ini masih awal karena prosesnya masih berlangsung… Ini adalah proses DNA yang akan memakan waktu beberapa hari,” katanya.
Pemerintah mendesak pengelola sekolah untuk menerapkan pedoman asrama yang mengharuskan asrama berukuran luas, dengan tiga pintu dan tidak ada kisi-kisi di jendela agar mudah melarikan diri jika terjadi kebakaran.
Kebakaran sekolah paling mematikan di Kenya dalam sejarah terjadi pada 2001, ketika 67 siswa tewas dalam kebakaran asrama di daerah Machakos. [ft/ah]